Jumat, 28 Desember 2012

“Indonesia Bagaikan Tanpa Pemimpin”

“Indonesia Bagaikan Tanpa Pemimpin” 

Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrati Indonesia (PDIP) Arif Budimanta menilai Indonesia pada tahun 2012 tanpa pemimpin bangsa. Sebab, arah bangsa tidak jelas akan dibawa ke mana.
“Negara berjalan layaknya kapal tanpa nahkoda di tengah samudra. Kami tidak tahu tujuannya, berlayar saja,” tegas Arif di Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, dalam diskusi bertajuk ‘Refleksi MPR RI tentang Stabilitas Politk 2013′.
Menurut dia, ini yang tidak terlihat di tahun 2012. Sejauh ini pemimpin tidak mencerminkan kedekatannya dengan rakyat. Sehingga segala kebijakan yang diambil terlihat jauh dengan rakyat.
“Terjadi ketika pemimpin tidak menyadari, tapi pemimpin yang mengambil jarak dengan bangsanya. Yang membuat quality itu ya negara, ya presiden,” tandas Arif.
Model kepemimpinan di 2012 ini, lanjut dia, tidak mencerminkan arah yang jelas. Justru semakin berkutat pada polemik-polemik baru yang dihasilkan pemimpin itu sendiri dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Ketika pemimpin mengambil jarak, menimbulkan polemik baru, kata-kata bijak yang seolah-olah menghasilkan padahal menghasilkan masalah baru,” kata dia.
Arif juga menilai, fungsi pemerintah sebagai pengambil kebijakan juga tidak berjalan. Justru, yang terjadi adalah pemimpin hanya berpendapat. “Seperti pengamat saja. Di sinilah masalahnya. Bahwa pemimpin yang masih jauh dari rakyat, dan mengambil kebijakan yang tidak mengena pada rakyat.”
“Yang menjadi persoalan pemimpin yang jaga jarak dan mengkerdilkan konstitusi melalui kebijakannya,” tambah Arif.
Sebelumnya dikatakan, Indonesia saat ini dinilai kurang memiliki pemimpin yang tegas dan cepat dalam mengambil suatu keputusan. Selain itu, pemimpin yang ada saat ini dinilai juga kurang merakyat. Demikian disampaikan pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Rubijanto Misman.
“Memang susah mencari figur-figur yang seperti ini. Jadi, saya berharap, presiden dalam lima tahun ke depan (presiden terpilih dalam Pemilihan Presiden 2014, red.), di samping orangnya tegas, berani mengambil risiko, cepat dalam mengambil keputusan, dan mau melindungi rakyatnya,” kata dia kepada wartawan di Purwokerto, hari ini.
Pernyataan tersebut sebagai respon terkait munculnya beberapa nama yang bakal meramaikan bursa calon presiden pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Mengenai hal itu, setiap warga negara memiliki hak untuk mencalonkan diri menjadi presiden.
Kendati sah-sah saja melakukan langkah politik tersebut, menurut dia, setiap warga negara tetap harus menakar kemampuannya. Sehingga tidak hanya berpatokan pada popularitas, yang berlabel pada tokoh masyarakat dan seniman.
“Sering kali ada kesan orang itu terjebak dalam popularitas sebagai seniman atau artis. Kalau kita menelusuri ‘track record-nya’ (rekam jejaknya, red.), saya tidak pernah dengar orang-orang itu punya ‘track record’ yang berkaitan dengan kemampuan manajerial maupun ‘leadership’ dalam suatu organisasi, apalagi ini suatu negara. Saya melihatnya seperti latah,” tuturnya.
Sejumlah artis misalnya, dicontohkan dia, ikut mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Pencalonan para tersebut, dinilai dia, sering kalai dilihat sebagai sebuah glamor. Karena, hal itu disebabkan sosok keartisannya yang memiliki konstituen, yang tidak lain para penggemarnya dan wajar jika kemudian dengan setia mendukung.
“Tetapi kita tidak tahu persis kompetensi dan kredibilitas yang bersangkutan. Jadi harus dilihat ‘track record-nya’, latar belakangnya dia dulu,” kata mantan Rektor Unsoed Purwokerto ini.
Pemimpin bangsa, ujar dia, tidak hanya sekadar bermodalkan pada popularitas seseorang. Melainkan juga menyertakan penilaian-penilaian lain, Menurut Rubijanto, jika orang itu merupakan seorang akademisi, dia harus mempunyai prestasi yang bagus dalam memimpin perguruan tinggi serta memiliki kemampuan-kemampuan yang bagus dalam memajukan institusi sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

fimadani

Ketua Bapilu PPP Persilakan PKS Bergabung di “Rumah Besar Umat Islam”

Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Fernita Darwis. (binapersatuan.com) 

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ngebet menggabungkan partai-partai Islam yang ada di Indonesia.
“(Soal) merger partai, saya setuju,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Fernita Darwis dalam diskusi “Yang Mana Partai Islam di Indonesia?” di kantor sebuah media online Jalan Haji Ten IV, No 6, Rawamangun Jakarta Timur, Senin (24/12).
Apalagi, sambung Fernita, jika partai itu bukan hanya berbasis masa Islam, tapi juga berazazkan Islam.
“Kalau menurut saya, sebaiknya PKS silakan masuk saja ke rumah besar umat Islam (jargon PPP),” tambahnya.
“Soal siapa nanti yang menjadi ketua umum, itu dibicakan belakangan” tambahnya lagi.

PKB tak Mau Disebut Partai Islam

Ketua DPP PKB, Abdul Malik Haramain. (matanews.com) 

Meski menjadikan warga nadliyin (Nahdlatul Ulama/NU) sebagai salah satu basis suara mereka, namun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak mengakui Islam sebagai ideologi politik.
“PKB bukan partai Islam dan tidak mengaku-mengaku sebagai partai Islam,” kata Ketua DPP PKB, Abdul Malik Haramain, saat diskusi “Yang Mana Partai Islam?” yang diselenggarakan sebuah media online, Jakarta, Senin (24/12).
Malik mengatakan PKB ingin menjadi partai moderen. Partai yang tidak mengekslusifkan diri pada isu-isu keagamaan.
Malik menilai Islam atau agama tidak menjadi determinan utama bagi seseorang dalam menentukan pilihan politik. “PKB ingin menjadi partai moderen. Islam atau agama tidak akan menjadi determinan faktor pemilih memilih partai,” ujar Malik.
Berangkat dari kesadaran semacam itu, PKB juga tidak akan berfokus pada persoalan-persoalan agama. Selain dianggap tak menguntungkan secara elektoral, isu keagamaan juga menciptakan kesan eksklusif bagi sebuah partai.
“Bagi PKB, isu partai Islam tidak prospektif. Kalau partai politik mengangkat isu keagamaan, kesan yang muncul eksklusif,” kata Malik.

Saat Militansi Mulai Mengendur, Berkacalah



Beberapa kali saya mendengar dari beberapa ikhwah, “halaqoh-halaqoh saya terasa kering dari membangunkan ghiroh, saya tidak menemukan seperti yang dulu saya temukan” . 
Disadari atau tidak seringkali ini menjadi permasalahan mendasar yang menjadi penyebab penurunan militansi. Banyak alasan dikemukakan, mulai dari Murobbi yang tidak ngruhi, kesibukan organisasi sampai masalah keluargapun tidak luput jadi alasan penyebab ketidak hadiranke sebuah halaqoh, sebuah sarana yang menjadi tolak ukur paling awal dari sebuah militansi.
Bisa jadi masalahnya memang ada pada Quwwatu Ruhiyah, pada kekuatan ruhiyah yang mulai kendor sehingga menjadi sangat mudah untuk melalaikan amanah, menunda amanah, bahkan yang paling berat  sampai mundur sama sekali dari jama’ah.
Mungkin saja kita masih liqo, mungkin saja kita masih syuro, mungkin saja kita masih aktif sebagai aktivis dakwah, yang menjadi masalah adalah ketika kita menjalankan semua itu ternyata hanya sebuah lakon saja, bukan sebagai bagian dari muwasofhat diri. Betapa kita melakonkan sebagai aktivis dakwah dengan segala pernak-perniknya..ya hanya sebagai lakon dan hanya berlaku ketika kita memerankan lakon tersebut, hanya beberapa jam saja mungkin saat liqo, mungkin saat syuro, mungkin saat demo..tapi setelah itu kita menjadi seperti orang lain kebanyakan banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas-aktivitas laghwun, menganggap sepele ibadah harian, serta tidak bersemangat mengejar pencapaian muwashofat kader  da’wah.

Sebelum mengeluhkan tentang keringnya halaqoh pekanan ataupun menurunnya militansi..yuk coba dilihat diri kita masing-masing, selama ini kita hanya bermain peran atau menjalankan lakon saja ataukah memang sudah melekat dalam keseharian kita muwashofat sebagai seorang aktivis/Da’i.

Semoga Alloh SWT  memberikan kekuatan Ruhiyah bagi kita, sehingga sanggup untuk memikul sekian banyak amanah dan menjadi individu-individu yang memberikan pengaruh kebaikan.

Wallohu A’lam
Islamedia

Konferensi Imam dan Syeikh di Belanda untuk Respon Anti Islam

 

Konferensi ini diadakan di Masjid As Sunnah di Deen Hag – Belanda dengan latar belakang adanya pembuatan film yang melecehkan Nabi Muhammad, dan diperdagangkan secara global melalui sarana komunikasi sosial  sehingga menimbulkan reaksi protes dari umat Islam seluruh dunia, dan sebagai respons terhadap  pernyataan orang Belanda Geert Wilders  yang menghina Nabi dan kesucian Al-Quran dan Islam.
Konferensi , yang diselenggarakan oleh “Al Markaz As Tsaqofi Al Islami ” dari Assunah Foundation selama lima hari, dan dengan tema yang digunakan “Rahmatan li al ‘alamin”  yang mana konfrensi ini dihadiri oleh para imam dan sheikh dari dalam dan luar Belanda.
Presiden As Sunnah Foundation di Den Haag Abdul Hamid Tahiri mengungkapkan kepada “Al Jazeera net” bahwa konferensi ke 13 ini ditujukan untuk melawan serangan yang berturut-turut dan sistematis oleh orang orang yang benci Islam dan perdamaian Nabi saw. Begitu juga  topik-topik kuliah dan seminar yang disampaikan berkaitan dengan pribadi, pesan dan moral Nabi Muhammad SAW.
Tahiri mengatakan bahwa pesan konferensi ini akan di sampaikan ke semua orang, konferensi ini berbahasa Arab dan diterjemahkan langsung ke bahasa Belanda. Dan konferensi ini akan  dipublikasikan di jejaring sosial agar tersampaikan ke berbagai kalangan.

(zae/Al jazeera)

Guru Kehidupan

 

Ada murid dapat belajar hanya dari guru yang ber-SK, disuapi ilmu dan didikte habis-habisan. Ada yang cukup belajar dari katak yang melompat atau angin yang berhembus pelan lalu berubah menjadi badai yang memporakporandakan kota dan desa. Ada yang belajar dari apel yang jatuh disamping bulan yang menggantung di langit tanpa tangkai itu. Ada guru yang banyak berkata tanpa berbuat. Ada yang lebih pandai berbuat daripada berkata. Ada yang memadukan kata dan perbuatan. Yang istimewa diantara mereka, “bila melihatnya engkau langsung ingat Allah, ucapannya akan menambah amalmu dan amalnya membuatmu semakin cinta akhirat (khiyarukum mandzakkarakum billahi ru’yatuh wa zada fi’amalikum mantiquh wa raggahabakum filakhirati ‘amaluh)”
Yang tak dapat belajar dari guru alam dan dinamika lingkungannya, sangat tak berpotensi belajar dari guru manusia. Yang tak dapat mengambil ibrah dari pelajaran orang lain, harus mengambilnya dari pengalaman sendiri, dan untuk itu ia harus membayar mahal. Bani Israil bergurukan nabi Musa As, salah satu Ulul Azmi para rasul dengan azam berdosis tinggi. Bahkan leluhur mereka nabi-nabi yang dikirim silih berganti. Apa yang kurang? Ibarat meniup tungku, bila masih ada api di bara, kayu bakar itu akan menyala, tetapi apa yang kau hasilkan dari tumpukan abu dapur tanpa setitik api, selain kotoran yang memenuhi wajahmu?
Murid-murid Bebal
Berbicara seputar orang-orang degil, berarti menimbun begitu banyak kata seharusnya. Seharusnya Bani Israil berjuang sepenuh jiwa dan raga, bukan malah mengatakan: “Hai Musa, kami telah disakiti sebelum engkau datang dan setelah engkau datang,” (QS.7:129) karena sesungguhnya mereka tahu ia benar-benar diutus Allah untuk memimpin mereka.
Seharusnya mereka tidak mengatakan: “Kami tak akan masuk kesana (Palestina), selama mereka masih ada disana, maka pergilah engkau dengan tuhanmu, biar kami dudukduduk disini,” (QS.5:24) karena berita tenggelamnya Fir’aun di lautan dan selamatnya Bani Israil, adalah energi besar yang mampu meruntuhkan semangat orangorang Amalek yang menduduki bumi suci yang dijanjikan itu. Adapun yang ditenggelamkan itu Fir’aun, mitos sejarah yang tak terbayangkan bisa jatuh. Kemudian seharusnya mereka yang dihukum karena sikap dan ucapan dungu tadi, pasrah saja di padang Tih, dengan jatah catering Manna dan Salwa serta tinggal beratapkan awan pelindung dari sengatan terik matahari.
Ternyata mereka mengulangi lagi kedegilan lama mereka. “Hai Musa, kami tak bakalan sabaran dengan jenis makanan monotype, cuma semacam ini, karenanya berdoalah engkau kepada tuhanmu untuk kami, agar ia keluarkan untuk kami tumbuhan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang puihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya.” (QS.2:61) Betul, manusia memerlukan guru manusia, tetapi apa yang dapat dilihatnya diterik siang di bawah sorotan lampu ribuat watt, bila matanya ditutup rapat? Tarbiyah dzatiyah atau pendidikan mandiri untuk menguasai mata kuliah kehidupan sangat besar perannya.
Sebuah bangsa yang sudah “merdeka” 54 tahun, namun tak peduli bagaimana menghemat cadangan energi, tak tahu bagaimana membuang sampah, ringan tangan membakar hutan dan me-WC-kan sungai-sungai kota mereka, tentulah bukan bangsa yang pandai mendidik diri. Sebuah bangsa yang tergopoh-gopoh ikutan kampanye anti AIDS, dengan hanya menekankan aspek seks aman (dunia) saja tanpa mengingat murka Allah, tentulah bangsa itu belum kunjung dewasa. Bila diingat 6 dari 10 anak-anak mereka terancam flek paru-paru, lengkap sudah kebebalan itu.
Nurani yang Selalu Bergetar Konon, Imam Syafi’ie ra sangat malu dan menyesal bila sampai ada orang mengutarakan hajat kepadanya. “Mestinya aku telah menangkap gejala itu cukup dari kilas wajahnya.” Mereka yang akrab dengan arus batin manusia, mestinya selalu dapat menangkap isyarat muqabalah (oposit) makna ayat 2:273, “Engkau kenal mereka dengan ciri mereka, tak pernah meminta kepada manusia dengan mendesak.” Sementara yang bukan “engkau” tak dapat membaca gelagat ini: “Si jahil mengira mereka itu kaya, lantaran mereka berusaha menjaga diri.”
Mereka yang berhasil dalam tarbiyah dzatiyah akan tampil sebagai manusia yang jujur, ikhlas dan merdeka. Karenanya, “Hindarilah bergincu dengan ilmu sebagaimana engkau menghindari ujub (kagum diri) dengan amal. Jangan pula engkau meyakini bahwa aspek batin dari adab dapat diruntuhkan oleh sisi zahir dari ilmu. Taatilah Allah dalam menentang manusia dan jangan taati manusia dalam menentang Allah. Jangan simpan sedikitpun potensimu dari Allah dan jangan restui suatu amal kepada Allah yang bersumber dari nafsumu. Berdirilah dihadapan-Nya dalam shalatmu secara total.” (Almuhasibi, Risalatu’lmustarsyidin).
Akhirnya, semakin jauh perjalanan tarbiyah dzatiyahnya, semakin banyak kekayaan yang diraihnya. Ungkapan berikut ini tidak ada kaitannya dengan bid’ah atau khilafiyah fiqh. Ia lebih mewakili ibrah agar kita tak terjebak pada aktifitas formal atau sebaliknya. “Pada aspek zahir ada janabah yang menghalangimu masuk rumah-Nya atau membaca kitab-Nya, dan aspek batin juga punya janabah yang menghalangimu memasuki hadhirat keagungan-Nya dan memahami firman-Nya. Itulah ghaflah (kelalaian)” (Ibnu Atha’illah, Taju’l Arus).
Hakikat Kematangan Ilmu
Kembali ke kematangan pribadi dan keberhasilan tarbiyah dzatiyah, seseorang tak diukur berdasarkan kekayaan hafalannya atau keluasan pengetahuannya, tetapi pada kemampuannya memfungsikan bashirahnya: “Perumpamaan orang yang aktif dalam dunia ilmu namun tak punya bashirah, seperti 100.000 orang buta berjalan dengan kebingungan. Seandainya ada satu saja di tengah mereka yang dapat melihat walau hanya dengan satu mata, niscaya masyarakat hanya mau mengikuti yang satu ini dan meninggalkan yang 100.000″.
Rasulullah SAW meredakan kemarahan para sahabat yang sangat tersinggung kepada seorang pemuda yang minta izin kepada beliau untuk tetap bisa berzina. “Engkau rela ibumu dizinai orang?” tanya beliau dengan bijak. “Demi Allah, saya tidak rela!” “Relakah engkau jika anak perempuanmu, saudara perempuanmu dan isterimu dizinai orang?” “Tidak, demi Allah!” “Nah, demikianlah masyarakat….”
Demikianlah, amtsal merupakan metode pencerahan yang digunakan Al-Qur’an dan Al-Hadist, bahkan dengan kata kunci yang patut dicermati: “….Tak dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (29:43). Citarasa yang tinggi dibangun dan sensitifitas dipertajam, mengantarkan manusia kepada puncak pencerahan ruhani mereka. Sebuah ungkapan kedewasaan pun “Semua manusia dari Adam dan Adam dari tanah, tak ada perbedaan antara Arab atas Ajam dan Ajam atas Arab melainkan dengan taqwa.” Itulah zaman, saat sejarah tak lagi dimonopoli raja, puteri dan pangeran, tetapi menjadi hak bersama yang melambungkan nama Bilal budak hitam abadi dalam adzan, atau Zaid menjadi satu-satunya nama sahabat dalam Al-Qur’an.
Demikianlah kemudian kita kenal Ammar, Sumayyah dan banyak lagi budak yang melampaui prestasi dan prestise para bangsawan. Padahal 13 abad kemudianpun Eropa masih mempertanyakan perempuan makhluk apa. Dan, para intelektualnya sampai pada kesimpulan “Mereka adalah iblis yang ditampilkan dalam tampilan manusia.” Justru Muhammad SAW telah memberi standar “Takkan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan takkan menghinakan mereka kecuali manusia hina”. Sementara para perempuannya seperti dilukiskan puteri Sa’id bin Musayyab: “Kami memperlakukan suami seperti kalian memperlakukan para pemimpin, kami ucapkan: “Ashlahakallah, hayyakallah!” (Semoga Allah memperbaiki/melindungimu, semoga Allah memuliakanmu).”

Oleh : Ust. Rahmat Abdullah

Akumulasi Waktu Kebajikan

Alun-alun Tahrir di Kairo tiba-tiba jadi saksi sejarah dari ledakan kemarahan para pemuda Mesir. Jutaan jiwa muda itu tumpah ruah dengan satu target: Mubarak harus turun! Dan Mubarak pun akhirnya memang turun. Di lapangan yang sama -sepekan setelah kejatuhan Mubarak- para pemuda mendengar khutbah Jumat dari seorang ulama Mesir yang pernah diusir oleh rezim Mesir puluhan tahun lalu: Syekh Yusuf Al Qardhawi.

Itu dua wajah sejarah dari dua orang pelaku yang tumbuh dan hidup dalam waktu yang sama. Yang satu mengakumulasi tirani. Yang satu mengakumulasi dakwah. Tapi keduanya menggunakan waktu yang lama. Lama sekali dalam hitungan umur individu. Akumulasi tirani itulah yang meledakkan pemuda Mesir di lapangan Tahrir, Kairo. Akumulasi dakwah juga yang menghadirkan Qardhawi kembali ke lapangan itu setelah pengusiran yang lama.

Sejarah adalah akumulasi yang meledak. Akumulasi kebajikan akan meledak jadi peradaban. Akumulasi tirani akan meledak jadi revolusi. Tidak ada pelaku sejarah yang bisa meninggalkan jejak kalau hanya numpang lewat dalam hidup. Itu sebabnya perubahan-perubahan besar tidak akan pernah berlangsung dalam tempo yang singkat. Itu sebabnya sejarah menghapus banyak nama para pelaku karena mereka gagal mengakumulasi kebajikan mereka dalam rentang waktu yang lama.

Dalam makna akumulasi itulah Al-Qur’an memperkenalkan tiga besaran waktu yang berbeda. Satuan terkecilnya adalah waktu individu. Akumulasi dari waktu individu akan membentuk waktu sosial. Selanjutnya akumulasi waktu sosial akan membentuk waktu peradaban atau sejarah. Yang kita baca dari sejarah umumnya adalah akumulasi waktu individu yang berhasil membentuk waktu sosial dan peradaban dari sebuah komunitas.

Maka sejarahh sosial atau peradaban merupakan akumulasi dari sejarah individu-individunya. Tapi tak pernah ada sejarah individu yang bisa kita lepaskan dari konteks sosial dan peradabannya. Akumulasi kebajikan individu hanya akan meledak jika sejak awal ia terangkai dalam keseluruhan waktu sosial. Mubarak dan Qardhawi adalah dua individu yang bergulat dalam waktu sosial yang sama, dan akhirnya meledak pada waktu yang sama, yaitu waktu sosial masyarakat Mesir. Hasil bagi individu berbeda. Tapi keduanya melukis kanvas waktu masyarakat Mesir. 

[Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 247]

Akankah tarbiyah menjadi semangat zaman?


Tarbiyah Islamiyah telah melewati usia 20 tahunnya. Fenomena yang berawal dari sekolah-sekolah dam kampus terus berkembang mengikuti gerak perubahan Negri ini. Di awali dari mihwar tandzimi dimana tarbiyah telah membangun organisasi dakwah yang solid dan kuat, yang siap menjadi tulang punggung dakwah,dengan rekrutmen kader dan membentuknya menjadi kader-kader kuat dan tangguh. Memasuki mihwar sya’bi dengan membangun basis social yang luas dan merata sebagai barisan pendukung dakwah, hingga saat ini di mihwar muassasi dimana dakwah telah membangun institusi untuk mewadahi pekerjaannya, para kader dakwah mulai memasuki wilayah kelembagaan, kekuatan dakwah ditransformasikan ke dalam Hizbud-Dakwah, akankah tarbiyah tetap menjadi semangat zaman seperti di dua fase perjalanan dakwah sebelumnya?

Penerimaan umat terhadap tarbiyah:
Kalau dulu para aktivis dakwah mendatangi orang-perorang untuk menawarkan tarbiyah, sekarang masyarakat seakan mengantri menunggu para aktivis yang mau mentarbiyah mereka. Hal menggembirakan ini patutlah kita syukuri, kebahagiaan seorang da’i adalah ketika menemukan masyarakat menerima seruannya, dan mengikuti jalan Islam dalam kehidupannya. Keikhlasan menjadi kunci terbukanya pintu ridha dan pertolongan dari Allah SWT.
Pada awal mihwar tanzhimi, kebersamaan kita dan dakwah dirasakan seperti hidayah dan nikmat Allah yang membawa kita keluar dari kelamnya kegelapan jahiliyah menuju ruang baru Islam yang terang benderang. Ada semangat kuat untuk membedakan diri.dan keterasingan menjadi sebuah keberuntungan dalam benak dan perasaan para kader.

‘Islam pertama kali datang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang-orang yang asing. Yaitu mereka yang memperbaiki sunnahku setelah manusia merusaknya”

Ketika dakwah meluaskan langkahnya kedalam mihwar sya’bi. Ada misi besar yang di amanahkan dakwah pada kader tarbiyah sekitar tujuh tahun lalu, yaitu menebarkan keistimewaan Islam kapada masyarakat luas. Para kader dakwah pun lebih mengorganisir amalnya melalui berbagai wajihat dan muassasat, pendidikan,pelayanan social, pelayanan dakwah, dan ekonomi, kader dakwah pun mulai dikenal sebagai public figure.

Tarbiyah semangat zaman:
dua fase awal dakwah mihwar tanzhimi-mihwar sya’bi- dilalui dengan semangat zaman untuk mentarbiyah umat,daurah rekrutmen-halaqoh menjadi sarana utama untuk membentuk generasi robbani,halaqoh dijadikan sarana utama untuk bekal dakwah di masyarakat “Hendaklahkamu menjadi orang-orang robbani. Karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (QS.Ali Imran:79) Tidak ada keraguan sedikitpun untuk menyampaikan Islam kepada mad’uwin(objek dakwah).Tiga unsure yang menghiasi militansi tarbiyah dan dakwah para kader pada tingkat individu; izzah,hamasah, dan ghirah Islamiyah. Ada kebanggaan dan keyakinan”izzah” akan fikrah islam yang mereka miliki.

Ada “hamasaH” semangat menggelora untuk mengamalkan Islam dan menyerukannya kepada orang lain, dan ada “ghiroh”, kecemburuan dan semangat pembelaan terhadap Islam. Militansi individu semakin diperkokoh dengan semangat keterikatan(ruhul-irtibat) antar anggota dalam sebuah halaqoh, semangat persaudaraan (ruhul-ukhuwah) yang terpancar dari wajah-wajah para kader yang saling mengenal, serta semangat kerjasama (ruhul-amal jamai) untuk menopang berbagai tanggungjawab dan beban dakwah melalui semangat saling memberi dan berkorban (ruhul badl wat-tadhiyah).

Rahasia Sukses Tarbiyah:
Pertama dan utama adalah Istiqomah dalam hidayah,keikhlasan, ketaatan dan dalam kesabaran. Dalam perjalanan panjang dakwah dan tarbiyah ini, istiqomah dibangun melalui tarbiyah imaniytah yang terus menerus, baik secara jama’i maupun dzati(mandiri). Liqo tarbawi dan berbagai aktifitas jamai untuk tarqityah maknawiyah dan tazkiyatun-nafs dilakukan secara periodik untuk dapat menjaga ke-istiqomahan dalam tarbiyah.

Rahasia kedua adalah disiplin dalam tanggung jawab (indibath bil-masuliyah). Semakin disiplin pada tanggungjawab dakwah dan tarbiyah, semakin Allah memudahkan semua urusan mereka. “dan bersabarlah, karena Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Huud:115)

Rahasia ketiga adalah At-takamuliyah fi daur at-tarbawi, kemenyeluruhan dalam peran tarbiyah. Layaknya seorang murabbi atau murabbiyah ketika mentarbiyah mutarabbinya, tidak hanya memerankan diri sebagai guru, tetapi pada saat yang brsamaan ia menjadi seorang syaikh dalam memelihara dan meningkatkan ruhiyah maknawiyah mutarabbinya. Ketika menghadapi masalah-masalah yang dihadapi mutarabbinya ia menjadi bapak atau ibu (walid) , ketika berada di medan dakwah dan amal Ia menjadi qaid(pemimpin) yang ikhlas,bijak dan tegas. Kemenyeluruhan peran-peran tarbiyah inilah yang telah berhasil melahirkan kader-kader terbaik .

Menyiapkan Annasir taghyir:
Adalah tadbir Rabbani yang penuh dengan hikmah, ketika tarbiyah ini menanam bibit-bibit awalnya di kalangan pelajar dan mahasiswa, apa yang ditanamkan sejak awal oleh tarbiyah adalah menginvestasikan calon-calon pemimpin bagi proses perubahan besar di negri ini. Menyiapakan Annasir taghyir ( agen atau pelaku perubahan ) sehingga baik buruknya negri ini dan gerak perubahan di masyarakat sangat ditentukan oleh para pemimpinnya. Calon-calon pemimpin masa depan negri ini telajh menyebar ke berbagai sendi umat, dan nyatanya mereka telah menjadi sendi rujukan(marjaa) bagi masyarakatnya. Kredibilitas moral dan social yang dimiliki telah membuka jalan bagi mereka untuk berperan sebagai pemimpin masyarakat( qiyadatul mujtama’).

Momentum dan Tugas Perubahan:
Kini tarbiyah telah berada pada mihwar muassasi. Dakwah ini telah mentransformasikan dirinya sebagai hizbud-dakwah di tengah-tengah keterbukaan dan kompetisi. Masa depan islam di negri ini ditentukan pada kemauan dan kemampuan kita untuk merealisasikan Peradaban Isalm yang tertuang pada tugas-tiugas berikut:

Pertama, melibatkan diri sekuat tenaga untuk membebaskan umat dari belenggu kejahiliahan dan kezhaliman politik. Tugas kedua, memenuhi aras negri ini dengan solusi Islam, bukan pada tataran opini dan wawancara saja, tetapi sampai tingkat praktis dan aplikasi. Umat membutuhkan sesuatu untuk menyelamatkan mereka dari rapuhnya bangsa ini, dan jawaban atas semua ini sudah sampai pada tataran aksi, bukan lagi diskusi. Setiap kader dakwah adalah orang-orang cerdas yang mampu menggerakan komunitas sekelilingnya untuk bersama-sama melakukan perubahan dan perbaikan.

Tugas ketiga adalah mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk menerima Islam dan menjadi pendukung dakwah ini. Untuk itu pekerjaan pertama kita adalah da’i, pekerjaan kedua kita adalah murabbi dan pekerjaan ketiga kita adalah pemimpin. Tugas keempat kita adalah terus menerus menyiapakan diri dan mengembangkan segala kemampuan yang dibutuhkan oleh dakwah.

Tarbiyah adalah madrasah tempat kita membina diri, maka kokohkanlah kembali tarbiyah karena “pemimpin tidak akan lahir tanpa proses tarbiyah”

  “Tarbiyah Semangat Zaman"

Tokoh-tokoh Nasional Akan Berkumpul di Refleksi Akhir Tahun PKS



Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan menggelar refleksi akhir tahun 2012 di pusat seni budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 29 Desember 2012. Sejumlah tokoh nasional dipastikan akan menghadiri acara tersebut.

Ketua DPP PKS Bidang Seni dan Budaya, Yudi Widiana Adia, mengatakan refleksi akhir tahun ini menjadi momentum yang tepat bagi para tokoh politik dan pemimpin bangsa untuk saling bersilaturahmi mempersiapkan tahun 2013 kehidupan politik dan sosial yang lebih baik.

"Ini akan menjadi ajang silaturahim para calon pemimpin bangsa yang potensial. Lewat acara ini kita juga berharap kedepannya Indonesia akan menjadi lebih baik lagi dibandingkan tahun 2012," ujar Yudi di Jakarta, Rabu (26/12/2012).

Menurutnya, sepanjang tahun 2012 diwarnai situasi politik dan hukum yang hangat. Sejumlah masalah hukum, yang paling menyita publik adalah perseteruan antara lembaga penegak hukum, KPK dan Polri. Padahal, menurut Yudi, dua lembaga tersebut seharusnya saling sinergi dan saling mendukung dalam upaya penegakan hukum di tanah air, khususnya masalah korupsi yang menjadi amanat reformasi.

"Selain itu, penuntasan kasus-kasus korupsi seperti kasus Hambalang dan Century juga tak kunjung selesai hingga sekarang ini. KPK dan Polri harus selalu sinergi, saling mendukung agar kedua kasus ini, dan juga kasus-kasus lainnya segera tuntas" kata Yudi.

Sementara itu, situasi politik sepanjang tahun 2012 ini, menurut Yudi cukup bergejolak. Kondisi politik 2012 cukup dominan dengan munculnya tokoh fenomena seperi Jokowi pada Pilgub DKI Jakarta. Menurut dia, sosok Jokowi mampu menggerakkan kalangan kelas menengah yang selama ini banyak yang apolitis untuk bergerak ke bilik-bilik suara dan memilih dirinya yang dianggap membawa perubahan.

Tokoh-tokoh nasional yang juga ramai dibicarakan oleh publik sebagai capres alternatif akan hadir, di antaranya Ketua MK Mahfud MD, mantan Ketua MK Jimly Assidiqqie, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Ketua DPR Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR yang juga Sekjen PDIP Pramono Anung, Ketua FPDIP Puan Maharani, pengusaha Chairul Tanjung, pengusaha Sandiaga S Uno, Gubernur DKI Joko Widodo, dan raja dangdut yang juga mubaligh, Rhoma Irama.


Gelar Seni dan Budaya

Selain mengumpulkan sejumlah tokoh nasional, refleksi akhir tahun ini juga menjadi bentuk apresiasi PKS terhadap seni dan budaya. Sejumlah seni dan budaya tanah air digelar dalam acara ini.

"Acara ini akan menjadi wujud apresiasi PKS terhadap seni dan budaya. Ini sesuai dengan cita-cita PKS yang ingin membangun peradaban. Walau bagaimana pun, peradaban tidak bisa lepas dari seni budaya," tambah Yudi.

Berbagai lomba seperti lomba band religi dengan total hadial Rp 25 juta dapat diikuti oleh masyarakat umum, lomba melukis dengan cat air untuk pelajar SMP dan SMA, dengan total hadiah Rp 10 juta. Ada juga lomba cipta lagu PKS dengan kualifikasi lagu pop dan nuansa kedaerahan. Lomba cipta lagu PKS ini terbuka untuk umum dan disediakan hadiah Rp 5 juta untuk pemenang masing-masih kategori.

Selain lomba-lomba, akan digelar juga Konser Nasyid dan Musik Religi yang akan diramaikan oleh grup Nasyid nasional seperti Shotul Harokah, Izzatul Islam, Fatih, Punk Muslim dan lainnya. Bagi para muslimah, juga akan digelar Fashion Show Busana Muslimah.

Puncak acara Refleksi Akhir Tahun 2013 akan ada renungan akhir tahun bersama sejumlah petinggi PKS seperti Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Sekjen PKS Anis Matta, Ketua Fraksi PKS DPR RI Hidayat Nur Wahid, seniman, budayawan sekaligus aktor senior Deddy Mizwar, dan sejumlah tokoh lainnya.

Hanya PKS dan Hanura yang Tak Ada Kadernya Tersangkut Kasus Korupsi


Sebanyak 25 wakil rakyat dari DPR/DPRD I/DPRD II dan 1 pejabat tinggi negara terjerat korupsi di KPK, Kajaksaan dan kepolisian sepanjang 2012. Dari 25 orang itu, kader Golkar menempati posisi teratas disusul PAN.
Hal itu disampaikan peneliti korupsi politik ICW, Apung Widadi dalam juma pers "Outlook Korupsi Politik 2013" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Jumat (28/12).
Apung membeberkan dari Golkar ada 7 orang yang tersangkut kasus korupsi. Yaitu; Zulkarnen Djabar (anggota Banggar dan Komisi VIII DPR), Yohanes Eluay (Ketua DPRD Jayapura), Iqbal Wobisono (mantan anggota DPRD Jateng), Yurikus Dimang (Wakil Ketua I DPRD Palangakaraya), Andi Irsan Idris Galigo (anggota DPRD Bone), Zahri (Ketua DPRD Pelawan) dan Muhammad Faisal Anwar (anggota DPRD Riau).
Sementara dari PAN ada 5 orang. Yaitu, Riza Kurniawan (Wakil Ketua DPRD Jateng), Taufan Andoso Yakin (Wakil Ketua DPRD Riau), E Suminto Adi (anggota DPRD Mojokerto), Agung Purno Sarjono (anggota DPR Semarang) dan Suminto Adi (anggota DPRD Mojokerto).
Sementara untuk Partai Demokrat terdapat empat orang. Mereka adalah Angelina Sondakh (anggota DPR), Muhammad Nazaruddin (mantan angota DPR), Wisnu Wardhana (Ketua DPRD Surabaya) dan Andi Alifian Mallarangeng (mantan Menpora).
Jumlah kader Demokrat yang tersangkut kasus korupsi sama dengan PDIP. Kader partai berlambang kepala banteng yang terjerat korupsi adalah Izederik Emir Moeis (Ketua Momisi XI DPR), Murdoko (Ketua DPRD Jawa Tengah). Aries Marcorius Narang (Ketua DPRD Palangkaraya) dan Sukarni Joyo (anggota DPRD Kutai Timur).
PKB dan PPP masing-masing punya dua kader. Yaitu; Zulkifli Shomad (mantan Ketua DPRD Kota Jambi) serta M Dunir (anggota DPRD Riau) dari PKB. Sedangkan PPP, SD (anggota DPRD Lobar) dan Jambran Kurniawan (Wakil Ketua DPRD Palangkaraya).
Dan terakhir Partai Gerindra. Seorang kader Prabowo Subianto yang tersangkut korupsi itu adalah Sumartono (anggota DPRD Semarang).
Sementara satu orang lagi anggota dewan yang terlibat korupsi belum teridentifikasi berasal dari partai mana. Yaitu Afit Rumagesan (Ketua DPRD Fakfak).
Praktis, dari sembilan partai yang ada hanya PKS dan Partai Hanura yang tak ada kadernya terjerat kasus kejahatan kerah putih tersebut.

RMOL

Dokter Paling Populer di AS Memeluk Islam



 Salah satu dokter paling populer di Amerika Serikat (AS) adalah Dokter Oz. Ia menjadi dokter yang sangat terkenal karena kerap tampil di acara talk show The Oprah Winfrey Show, mengisi tema kesehatan.

Dokter Oz juga mengisi acara Larry King Live. Bahkan sejak 2009 lalu, Dokter Oz punya acara pribadi di televisi berjudul Dr Oz Show, sebuah talkshow yang diproduksi oleh Harpo Production.

Popularitas dokter Oz juga tidak asing bagi pengguna internet dari berbagai negara karena ia aktif menulis dan melayani konsultasi di web pribadinya, doctoroz.com.

Namun tahukah Anda identitas dokter Oz? Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa ia memeluk Islam. Nama aslinya Dr Mehmet Cengiz Oz. Ahli bedah jantung dari Harvard University itu lahir di AS pada 1960. Namun, ayah dan ibunya adalah Muslim asal Turki. Sang ibu bernama Suna, sedangkan ayahnya bernama Mustafa Oz.

"Saya dididik oleh ibu yang Islam sekuler, Namun ayah saya sangat teguh memegang prinsip Islam," kata dokter Oz mengungkapkan identitas kedua orangtuanya. Di tangan dua orang tua yang berbeda gaya Muslimnya itulah dokter Oz mendapatkan pendidikan keluarga.

Dokter Oz hingga saat ini tetaplah seorang Muslim. Ia bahkan tidak mau melupakan identitasnya sebagai seorang Turki. Ia pun mempertahankan kewarganegaraan Turkinya. Kecintaannya kepada Turki ia buktikan, diantaranya, dengan bergabung sebagai sukarelawan tenaga kesehatan militer negara yang kini dipimpin oleh Erdogan itu.

Bersama dakwah

TIPU DAYA SYAITAN

Dalam suatu Konferensi iblis...syaitan dan jin dikatakan..
biarkanlah mereka pergi ke Masjid..biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka..TAPI CURI WAKTU MEREKA.. hingga
Mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah”...

“Inilah yang akan kita lakukan” kata iblis... ”Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!”...

“Bagaimana kami melakukannya?” tanya para hadirin yaitu iblis..
syaitan dan jin...
Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran
mereka,”..

Jawab sang iblis..
- “Rayu mereka agar suka BELANJA..BELANJA DAN BELANJA SERTA
BERHUTANG..BERHUTANG DAN BERHUTANG”...- “Bujuk para istri untuk bekerja di luar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu,..10 – 12 jam
seminggu..hingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat
kosong.”..
“Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak
mereka.”..
- “Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis..maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan
lelah sepulang dari bekerja..Dorong terus cara berfikir seperti itu
sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan di rumah.”..
- “Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama
mereka berkendaraan”.. Dorong mereka untuk menyetel TV..VCD..CD dan PC di rumahSepanjang hari..
Bunyikan musik terus menerus di semua restoran maupun toko
toko di dunia ini.”..

Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan Rasul-Nya”..
- “Penuhi meja-meja rumah mereka dengan majalah-majalah dan
tabloid...Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip serta
infotainment selama 24 jam sehari”..
- “Serang mereka dengan berbagai iklan-iklan di jalanan”...Banjiri
kotak surat mereka dengan informasi tak berguna..katalog- katalog..undian-undian..tawaran-tawaran dari berbagai macam iklan...
- “Muat gambar wanita cantik yang langsing dan berkulit mulus di
majalah dan TV untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting.. hingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri-istri mereka”..
- “Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari..buatlah mereka sering sakit kepala”...
- “Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami..maka akan mulai mencari di luaran..Hal inilah yang akan
mempercepat retaknya sebuah keluarga”..
- “Terbitkan buku-buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka akan makna shalat.”..
- “Sibukkan mereka hingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji
bagaimana Allah menciptakan alam semesta...Arahkan mereka ke tempat-tempat hiburan..dugem..fitness..mall..pertandingan-pertandingan..konser musik dan bioskop.”..
- “Buatlah mereka menjadi SIBUK..SIBUK DAN SIBUK...Perhatikan jika mereka jumpa dengan orang shaleh..bisikkan gosip-gosip dan percakapan tidak berarti..hingga percakapan mereka tidak berdampak apa- apa..
- “Isi kehidupan mereka dengan keindahan- keindahan semu yang
akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah..Dan Dengan segera mereka akan merasa bahwa
keberhasilan..kebaikan/­kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat(bukan atas izin Allah).”..
- “PASTI BERHASIL...PASTI BERHASIL.. RENCANA YANG BAGUS.”..
Iblis..syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat
melakukan tugas MEMBUAT MUSLIMS MENJADI LEBIH SIBUK..LEBIH KALANG KABUT DAN SENANG HURA-HURA..Dan hanya
menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta.”..
“Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan Rasul-Nya”... Sekarang pertanyaanya
adalah... “APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL...???”...
ANDALAH YANG MENENTUKAN..!!!“ Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum..kecuali kaum itu sendiri yang
menentukan “.....