Sabtu, 02 Maret 2013

Sudah Tahukah Anda ? 12 Golongan Orang Yang Didoakan Malaikat


1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

"Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci." (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.

"Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia." (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469)

3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan." (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib)

4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf." (Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)

5. Para malaikat mengucapkan 'aamiin' ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah.

"Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu." (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.

"Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia." (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)

7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan 'Ashar secara berjama'ah.

"Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?, mereka menjawab: Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

"Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan." (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda', Shahih Muslim 2733)

9. Orang-orang yang berinfak.

"Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit." (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur. Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa sunnah." (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.

"Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh." (HR. Imam Ahmad dari 'Ali bin Abi Thalib, Al Musnad 754)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

"Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)

SEKILAS TENTANG WANITA DI BALIK IMAM HASAN AL BANNA



Sejak mengenal nama Hasan Al Banna, hanya sedikit yang kita ketahui
bagaimana kehidupan rumah tangganya, siapa istrinya? siapa anaknya? hanya sedikit kita yang mengetahuinya... dan ternyata beginilah ceritanya....
Adalah Lathifah As Suri perempuan itu. Ia berdiri disamping Imam Syahid Al Banna. Sejak awal Imam Syahid telah menegaskan bahwa ia butuh seorang muslimah yang kokoh, yang tak lekang dan surut oleh banyaknya halangan dan rintangan dalam berdakwah. Perjuangan Imam Syahid bukanlah suatu hal yang main-main, bukan hanya sekedar dakwah seperti kebanyakan orang waktu itu. Bukan hanya sekedar membangun rumah kardus. Imam syahid tengah dan hendak membangun sebuah peradaban. Dan ia percaya, peradaban tak akan pernah terwujud, tanpa seseorang yang ia yakini kesejatiannya.

Maka siapapun itu-pendampingnya-harus menyadari bahwa dipundaknya ada amanah yang sama besarnya dengan yang di emban oleh Imam Syahid. Ada dimensi waktu dan kuasa kapital disitu. Maka pertemuan diyakini menjadi suatu hal yang mahal bagi Imam Syahid dan istrinya.

Maka bagi Lathifah As Suri menjadi istri Hasan Al Banna menyimpan begitu banyak geregap. Sejak awal pernikahan, Lathifah sudah menyadari bahwa ia harus siap jika sewaktu-waktu dia harus menjalani hidup sendiri tanpa seseorang, tempat berlabuh hidup dan cintanya.

Dakwah Ikhwah yang dipimpin oleh suaminya banyak meminta resiko yang bukan main-main. Penjara bahkan nyawa menjadi konsekuensi logis, yang sewaktu-waktu siap menyapanya.

Tanpa diminta, Lathifah sudah tahu dan mengerti bagaimana ia harus menempatkan dirinya. Ia memutuskan menutup seluruh aktivitas luarnya. Hanya satu yang ia curahkan, jihad utamanya adalah dilingkup rumahnya sendiri. Mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak mereka berdua adalah dua hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang dilakukan oleh Hasan Al Banna.
Sebelum menikah dengan Hasan Al Banna, Lathifah berasal dari keluarga yang taat beragama. Hingga tak heran jika ia menyadari betul tuntutan hidup menjadi istri seorang dai.

Malam, ia harus rela untuk terbangun menyambut kepulangan suaminya. Walau tak jarang Imam Syahid berlaku sangat hati-hati, bahkan hanya untuk membuka pintu rumahnya sekalipun. Jauh dilubuk hatinya, Imam Syahid tidak ingin mengganggu tidur bidadari terkasihnya yang telah seharian mengurus rumah dan anak-anak mereka berdua. Imam Syahid bahkan tak segan untuk menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.

Lathifah tidak pernah mengeluh, walau sehari-harinya hanya ia habiskan seputar rumah dan rumah saja. Ia tidak pernah menuntut lebih kepada Imam Syahid. Padahal, Lathifah pun -berlepas diri dari ia seorang istri Imam Syahid- menyimpan banyak potensi. Anak-anak mereka yang berjumlah enam orang sesungguhnya adalah pencurahan konsentrasinya menjalani hidup. Satu-satunya yang pernah membuat dirinya gamang adalah, ketika salah satu anak mereka sakit keras dan Imam Syahid harus tetap menjalankan jihadnya. Ia bertanya kepada suaminya,"Bagaimana jika ia meninggal?". Imam Syahid hanya menarik napas panjang, ia kemudian berujar "Kakeknya lebih tau bagaimana mengurusnya."

Sejak dini, Lathifah menanamkan wawasan keislaman kepada anak-anaknya. Mendorong mereka untuk membaca, sehingga dalam hidupnya mereka tidak terpengaruh dengan seruan-seruan destruktif. Ketika Imam Syahid bolak-balik keluar penjara, Lathifah berusaha bersabar dan komitmen.rnLathifah sangat menyadari peran dan kewajiban asasi seorang wanita sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ia kosongkan waktunya untuk mendidik anak2nya. Ia bahagia melihat anak-anaknya sukses dalam hal akhlak dan amal. Ini tak mungkin terjadi jika seorang ibu sibuk di luar rumah. Seorang anak tidak mungkin belajar tentang akhlak dan amal dari orang selain ibunya.rnKetika Hasan Al-Banna syahid, anak-anaknya belumlah dewasa. Lathifah tidak lantas menyerah. Tak ada kesah ataupun ketakutan dalam hatinya. Ia sangat memelihara apa yang dikehendaki oleh mendiang suaminya. Ia tetap berlaku didalam rumah. Lathifah tidahk meremehkan hudud (batasan) yang Allah tentukan.

Karenanya, tak heran diantara anak-anaknya tidak ada ikhtilat (percampuran) antara anak-anaknya dan sepupunya yang berlainan jenis.rnTidak ada yang berubah dirumah itu, apa yang Imam Syahid inginkan berlaku dikeluarganya masih tetap di pegang teguh oleh Lathifah. Sendirian, ia besarkan keenam anaknya. Dirumahnya kini ia mempunyai tugas tambahan, yaitu memperdalam wawasan keislamannya.Yang dimaksud dengan wawasan keislamannya adalah membaca Al-Quran dengan tafsirnya, mempelajari Sunnah Rasulullah SAW, haditsnya dilanjutkan dengan usaha kuat untuk menerapkannya. LAthifah juga masih menyempatkan diri mempelajari sejarah para salafussalih dan berita seputar dunia Islam. Lathifah menyadari menyepelekan masalah ini akan memunculkan persoalan serius. Seorang yang tidak menambah pengetahuan keislamannya, akan merasa sulit untuk bangga dengan keagungan dan kebesaran Islam. Dengan melalui pemahaman keislaman yang baik, seorang wanita akan menyadari betapa penting perannya terhadap keluarga dan masyarakat."

Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiah. Yang sulung, bernama Wafa-menjadi istri Dr.Said Ramadhan. Kedua Ahmad Saiful Islam, kini sebagai sekjen advokat di Mesir. Ia juga pernah duduk di parlemen. Ketiga bernama Tsana, kini sebagai dosen di Universitas Kairo. Kelima Roja, kini menjadi dokter. Dan Halah sebagai dosen kedokteran anak di Universitas Azhar. Dan terakhir, Istisyhad sebagai doktor ekonomi Islam. Semuanya itu sebagai bukti, betapa berartinya sosok Ibu bagi keberhasilan dakwah sang suami. Selain juga untuk anak-anaknya

sekedar informasi tambahan : Hasan Al Banna syahid diusianya yang masih muda, sekitar 40 tahunan. Setelah seberondong timah panas ditembakkan oleh musuh-musuh Islam di sebuah jalan di Kairo.rnSebenarnya Hasan Al Banna masih bisa diselamatkan, tapi karena konspirasi politik para musuh Islam yang dipimpin oleh sang pengkhianat la'natullah Gamal Abden Naser, membuat tubuh Hasan Al Banna yang sedang sekarat dibiarkan tak berdaya, tanpa bantuan dari siapapun juga, termasuk dokter-dokter di Rumah Sakit.
Akhirnya sang pendiri Ikhwanul Muslimun itu pun syahid menemui kekasih tercintanya, Rabbnya.

Musuh-musuh Islam pun banyak yang tertawa dan berpesta dengan syahidnya sang Imam, tapi sesungguhnya Hasan Al Banna tidak pernah pergi meninggalkan pengikutnya.rnAllah terlalu mencintai hamba-Nya yang satu ini, sehingga memanggilnya terlebih dahulu.rnHal yang memilukan adalah, meskipun Ikhwanul Muslimun mempunyai puluhan ribu pengikut, tapi tak seorangpun yang diijinkan untuk mensholati jenazah beliau, kecuali ayahnya yang sudah udzur, saudara perempuan dan istrinya."

Subhanallah...

Sudah Tahukah Anda ? 13 Perkara yang perlu dijaga oleh wanita.


1. Bulu kening – Menurut imam Bukhari, Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening. (Petikan dari Hadits Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.)

2. Kaki dan semacam hantu loceng – Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan – (Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.) Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng… sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah…

3. Wangian – Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong. (Petikan dari Hadits Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.)

4. Dada – Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka. (Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.

)5. Gigi – Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya – (Petikan dari Hadits Riwayat At-Thabrani) Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah. (Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.)

6. Muka dan leher – Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.

7. Pakaian yang nipis (jarang) – Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja. (Petikan dari Hadits Riwayat Muslim dan Bukhari.)

8. Tangan – Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya. (Petikan dari Hadits Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi.)

9. Mata – Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya.­ (Petikan dari Surah An Nur Ayat 31) Sabda Nabi Muhamad SAW, jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram. (Petikan dari Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.)

10. Mulut (suara) – Janganlah perempuan-perem­puan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perka­taan yang baik (Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 32.) Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, yaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi. (Petikan dari Hadits Riwayat Ibn Majah.)

11. Kemaluan – Dan katakanlah kepada perempuan-perem­puan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka. (Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.) Apabila seorang perempuan itu shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Surga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya. (Hadits Riwayat Riwayat Al Bazzar.) Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah. (Petikan dari Hadits Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.)

12. Pakaian – Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebiha­n terutama yang menjolok mata, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti. (Petikan dari Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii dan Ibn Majah.) Petikan dari Surah Al-Ahzab Ayat 59. Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu­, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perem­puan yang berpakaian, tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. (Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim) Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/­membentuk dan berbelah/­membuka bahagian-bahagi­an tertentu.

13. Rambut – Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perem­puan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya. (Petikan dari Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.) Riwayat Imran bin Hushain ra. : Bahwa Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya penghuni syurga yang paling sedikit adalah kaum wanita. (Shahih Muslim No. 4921)

Follow twitter: @kutipanhikmah

Ikhwah Gaul yang Menggebrak ibukota

Foto: Ikhwah Gaul Menggebrak Ibukota


Ikhwah Gaul kembali melakukan gebrakan. Organisasi yang biasa disebut IG ini memutuskan untuk memindahkan kepengurusan pusat ke wilayah Jabodetabek, dari sebelumnya berpusat di Magetan. Dalam rapat pengurus yang diadakan selama 4 hari (6-9 Februari 2013) di Depok, disepakati untuk membubarkan kepengurusan Ikhwah Gaul di Magetan dan membentuk kepengurusan baru yang nantinya akan bermarkas di Depok.

“Pemindahan pusat kepengurusan ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Ikhwah Gaul. Karena sebagian besar member aktif Ikhwah Gaul tercatat berdomisili di wilayah Jabodetabek.”, jelas pendiri Ikhwah Gaul, Sa’id Rosyadi (9/2).

   “Selain itu, dengan banyaknya organisasi islam di wilayah Jabodetabek juga bisa membuka peluang besar bagi Ikhwah Gaul untuk melakukan sinergi dengan organisasi-organisasi tersebut.”, lanjut Sa’id.

Ketua Ikhwah Gaul yang baru terpilih, Fadli Rahman menjelaskan program jangka pendek Ikhwah Gaul di ‘rumah’ barunya, “Saat ini kita mau fokus dulu untuk menguatkan semangat dan komitmen teman-teman. Juga memahamkan tujuan dan cita-cita Ikhwah Gaul melalui pertemuan-pertemuan internal pengurus. Do’akan semoga kami bisa istiqomah.”

Fadli melanjutkan, “Kami juga akan melakukan sosialisasi terkait keberadaan organisasi ini di wilayah Jabodetabek. Dan Insya Allah fokus kami nanti adalah pembinaan, sesuai dengan namanya, Lembaga Pembinaan Generasi Muslim (LPGM) Ikhwah Gaul.”

Ditanya mengenai pembinaan seperti apa yang nanti akan dilakukan oleh Ikhwah Gaul, Fadli menjelaskan bahwa IG nantinya akan fokus ke pembinaan hafalan Quran.

“Kami sangat prihatin melihat banyaknya pemuda sekarang yang jauh dari Al Quran. Padahal pemuda adalah harapan masa depan ummat. Bahkan masih banyak aktivis dakwah yang belum punya hafalan, walaupun juz ‘amma (juz 30 -red).”

Ikhwah Gaul didirikan pada tahun 2009. Berawal dari sebuah grup di Facebook, kini Ikhwah Gaul mencoba memasuki arena Fastabiqul Khairat dakwah di bumi Indonesia dengan gebrakan dakwah kreatif yang memakai slogan ‘Karena Dakwah Tidak Harus Dengan Peci dan Baju Koko’.

Kita tunggu kontribusi nyata dari teman-teman Ikhwah Gaul. Selamat berjuang!
Kunjungi website resmi Ikhwah Gaul: www.ikhwahgaul.com



Ikhwah Gaul kembali melakukan gebrakan. Organisasi yang biasa disebut IG ini memutuskan untuk memindahkan kepengurusan pusat ke wilayah Jabodetabek, dari sebelumnya berpusat di Magetan. Dalam rapat pengurus yang diadakan selama 4 hari (6-9 Februari 2013) di Depok, disepakati untuk membubarkan kepengurusan Ikhwah Gaul di Magetan dan membentuk kepengurusan baru yang nantinya akan bermarkas di Depok.

“Pemindahan pusat kepengurusan ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Ikhwah Gaul. Karena sebagian besar member aktif Ikhwah Gaul tercatat berdomisili di wilayah Jabodetabek.”, jelas pendiri Ikhwah Gaul, Sa’id Rosyadi (9/2).

“Selain itu, dengan banyaknya organisasi islam di wilayah Jabodetabek juga bisa membuka peluang besar bagi Ikhwah Gaul untuk melakukan sinergi dengan organisasi-organisasi tersebut.”, lanjut Sa’id.

Ketua Ikhwah Gaul yang baru terpilih, Fadli Rahman menjelaskan program jangka pendek Ikhwah Gaul di ‘rumah’ barunya, “Saat ini kita mau fokus dulu untuk menguatkan semangat dan komitmen teman-teman. Juga memahamkan tujuan dan cita-cita Ikhwah Gaul melalui pertemuan-pertemuan internal pengurus. Do’akan semoga kami bisa istiqomah.”

Fadli melanjutkan, “Kami juga akan melakukan sosialisasi terkait keberadaan organisasi ini di wilayah Jabodetabek. Dan Insya Allah fokus kami nanti adalah pembinaan, sesuai dengan namanya, Lembaga Pembinaan Generasi Muslim (LPGM) Ikhwah Gaul.”

Ditanya mengenai pembinaan seperti apa yang nanti akan dilakukan oleh Ikhwah Gaul, Fadli menjelaskan bahwa IG nantinya akan fokus ke pembinaan hafalan Quran.

“Kami sangat prihatin melihat banyaknya pemuda sekarang yang jauh dari Al Quran. Padahal pemuda adalah harapan masa depan ummat. Bahkan masih banyak aktivis dakwah yang belum punya hafalan, walaupun juz ‘amma (juz 30 -red).”

Ikhwah Gaul didirikan pada tahun 2009. Berawal dari sebuah grup di Facebook, kini Ikhwah Gaul mencoba memasuki arena Fastabiqul Khairat dakwah di bumi Indonesia dengan gebrakan dakwah kreatif yang memakai slogan ‘Karena Dakwah Tidak Harus Dengan Peci dan Baju Koko’.

Kita tunggu kontribusi nyata dari teman-teman Ikhwah Gaul. Selamat berjuang!
Kunjungi website resmi Ikhwah Gaul: www.ikhwahgaul.com

"Saya Seorang Nasrani" Tetap Yakin Pada PKS

Foto: "Saya Seorang Nasrani" Tetap Yakin Pada PKS


Oleh; Lilasari Melati

Masih jelas terngiang dalam ingatanku, meski hampir seminggu berlalu. Pria paruh baya itu menggunakan batik merah, duduk santun diantara kerumunan kader dan simpatisan PKS yang berkumpul malam itu (Selasa,19/2) di aula Bapelkes. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat bahkan mungkin kehadirannya tidak akan aku sadari jika saja ketua DPW PKS Sulawesi Tengah, Ust. Zainuddin Tambuala tidak mempersilahkannya berdiri.
“Saya atas nama DPC PKS kecamatan Palolo. Saya selaku sekretaris DPC PKS kecamatan Palolo. Nama saya Charles K. Palullungan.”katanya memperkenalkan diri sambil mengambil jeda berbicara. Sontak aku terperangah. Mungkin hanya aku seorang. Selanjutnya ia menyambung lagi.

“Saya seorang nasrani.”kali ini akhir kalimatnya diikuti riuh tepuk tangan dan bias senyum tak percaya. Sementara yang lain, memandang terpana. Mengikutiku barangkali yang tanpa sadar hanya menggengam erat kamera tanpa membidikannya, seperti biasanya.

Wajarlah, mereka mungkin baru menyadari kehadiran seorang nasrani di tengah temu kader tersebut. Bahkan beliau bukan seorang simpatisan, tapi pengurus DPC PKS. Catat! Dia seorang kader. Sebagian kader pasti terperangah karena hal ini.

Namun, tidak bagiku. Sejak awal bertemu beliau dalam sebuah kegiatan jaring aspirasi yang dilakukan aleg DPR RI, Ust Akbar Zulfakar akhir tahun lalu, aku sudah mengetahui agama yang dianutnya. Akupun sudah mengetahui bahwa beliau juga kader PKS. Hanya saja, yang lebih membuatku terperangah adalah keistiqomahannya dalam barisan dakwah yang disebut PKS ini.

Aku tidak habis pikir, bukankah belum sampai sebulan gembar-bembor berita kasus dugaan suap impor sapi terhadap Ust, Lutfi Hasan Ishaq ketika gelaran acara itu dibuat? Apakah beliau tidak melihat seliweran berita yang membanjiri media cetak maupun eletronik bahkan media online hampir seminggu dengan headline negatif yang cenderung provokatif bahkan fitnah? Bukankah bisa saja keyakinannya akan goyah pada PKS?

“Ah menurut saya ustad Lutfi Hasan Ishaq itu hanya korban permainan politik.”sanggahnya mantap ketika aku akhirnya berkesempatan berbicara secara langsung dengannya.
Selanjutnya, ia menceritakan awal mula keterlibatannya di PKS. Menurutnya, sebelum melamar sebagai kader PKS, ia sudah
pernah ke partai-partai lainnya. Namun, tidak ada yang mau menerima. Hingga meskipun awalnya ragu, ia memberanikan diri untuk masuk sebagai kader PKS.

“Waktu itu saya bertemu dengan Ust. Zainuddian Tambuala. Katanya, kita (PKS-red) tidak melihat agamanya tapi manusianya.Inilah alasan sehingga saya masuk, dan juga merupakan alasan paling kuat. Saya merasa partai ini tidak membeda-bedakan agama.”tegasnya.

Ketertarikannya pada PKS makin kuat seiring aktifnya partai ini menuju ke pelosok desanya untuk melakukan kegiatan amal. Bahkan, ia sangat terkagum-kagum ketika Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri datang langsung ke desa Rahmat kecamatan Palolo untuk memberikan bantuan sebesar 73 juta rupiah. Padahal mayoritas penduduk di desa ini beragama nasrani.

“Saya juga tambah yakin dengan PKS waktu anggota DPR RI, Akbar Zulfakar Sipanawa turun langsung ke kecamatan Palolo. Bayangkan, dari 5 orang anggota DPR RI dari Sulawesi Tengah, hanya pak akbar yang turun langsung ke pelosok. Yang lainnya hanya saya tahu lewat foto.”katanya berapi-api.

Charles menambahkan bahwa ia akan tetap di PKS meskipun banyak berita miring tentang partai ini. Baginya, PKS mampu melakukan kerja nyata tanpa iming-iming janji palsu.

Sepanjang penuturan laki-laki kelahiran,Gunna Malenong 42 tahun silam ini, aku hanya bisa membisu dengan dada bergemuruh. Meski awalnya keheranan dengan kedatangannya di acara temu kader yang menunjukkan kesetiannya pada partai ini, aku akhirnya memahami bahwa sungguh janji Allah itu pasti, inna ma’al usri yusro. Selalu dan selalu kemudahan pasti membersamai kesulitan seberat apapun topaan badai yang menerpa.

Asalkan, tetap menjadikan Allah SWT sebagai ghayyah (tujuan). Ingat, Hanya untuk Allah.

http://www.fpks-palu.org/2013/02/saya-seorang-nasrani-tetap-yakin-pada.html?fb_action_ids=10200269128624207%2C10200263444962119&fb_action_types=og.likes&fb_source=other_multiline&action_object_map=%7B%2210200269128624207%22%3A280813602049890%2C%2210200263444962119%22%3A139480312888005%7D&action_type_map=%7B%2210200269128624207%22%3A%22og.likes%22%2C%2210200263444962119%22%3A%22og.likes%22%7D&action_ref_map=%5B%5D 



Masih jelas terngiang dalam ingatanku, meski hampir seminggu berlalu. Pria paruh baya itu menggunakan batik merah, duduk santun diantara kerumunan kader dan simpatisan PKS yang berkumpul malam itu (Selasa,19/2) di aula Bapelkes. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat bahkan mungkin kehadirannya tidak akan aku sadari jika saja ketua DPW PKS Sulawesi Tengah, Ust. Zainuddin Tambuala tidak mempersilahkannya berdiri.
“Saya atas nama DPC PKS kecamatan Palolo. Saya selaku sekretaris DPC PKS kecamatan Palolo. Nama saya Charles K. Palullungan.”katanya memperkenalkan diri sambil mengambil jeda berbicara. Sontak aku terperangah. Mungkin hanya aku seorang. Selanjutnya ia menyambung lagi.

“Saya seorang nasrani.”kali ini akhir kalimatnya diikuti riuh tepuk tangan dan bias senyum tak percaya. Sementara yang lain, memandang terpana. Mengikutiku barangkali yang tanpa sadar hanya menggengam erat kamera tanpa membidikannya, seperti biasanya.

Wajarlah, mereka mungkin baru menyadari kehadiran seorang nasrani di tengah temu kader tersebut. Bahkan beliau bukan seorang simpatisan, tapi pengurus DPC PKS. Catat! Dia seorang kader. Sebagian kader pasti terperangah karena hal ini.

Namun, tidak bagiku. Sejak awal bertemu beliau dalam sebuah kegiatan jaring aspirasi yang dilakukan aleg DPR RI, Ust Akbar Zulfakar akhir tahun lalu, aku sudah mengetahui agama yang dianutnya. Akupun sudah mengetahui bahwa beliau juga kader PKS. Hanya saja, yang lebih membuatku terperangah adalah keistiqomahannya dalam barisan dakwah yang disebut PKS ini.

Aku tidak habis pikir, bukankah belum sampai sebulan gembar-bembor berita kasus dugaan suap impor sapi terhadap Ust, Lutfi Hasan Ishaq ketika gelaran acara itu dibuat? Apakah beliau tidak melihat seliweran berita yang membanjiri media cetak maupun eletronik bahkan media online hampir seminggu dengan headline negatif yang cenderung provokatif bahkan fitnah? Bukankah bisa saja keyakinannya akan goyah pada PKS?

“Ah menurut saya ustad Lutfi Hasan Ishaq itu hanya korban permainan politik.”sanggahnya mantap ketika aku akhirnya berkesempatan berbicara secara langsung dengannya.
Selanjutnya, ia menceritakan awal mula keterlibatannya di PKS. Menurutnya, sebelum melamar sebagai kader PKS, ia sudah
pernah ke partai-partai lainnya. Namun, tidak ada yang mau menerima. Hingga meskipun awalnya ragu, ia memberanikan diri untuk masuk sebagai kader PKS.

“Waktu itu saya bertemu dengan Ust. Zainuddian Tambuala. Katanya, kita (PKS-red) tidak melihat agamanya tapi manusianya.Inilah alasan sehingga saya masuk, dan juga merupakan alasan paling kuat. Saya merasa partai ini tidak membeda-bedakan agama.”tegasnya.

Ketertarikannya pada PKS makin kuat seiring aktifnya partai ini menuju ke pelosok desanya untuk melakukan kegiatan amal. Bahkan, ia sangat terkagum-kagum ketika Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri datang langsung ke desa Rahmat kecamatan Palolo untuk memberikan bantuan sebesar 73 juta rupiah. Padahal mayoritas penduduk di desa ini beragama nasrani.

“Saya juga tambah yakin dengan PKS waktu anggota DPR RI, Akbar Zulfakar Sipanawa turun langsung ke kecamatan Palolo. Bayangkan, dari 5 orang anggota DPR RI dari Sulawesi Tengah, hanya pak akbar yang turun langsung ke pelosok. Yang lainnya hanya saya tahu lewat foto.”katanya berapi-api.

Charles menambahkan bahwa ia akan tetap di PKS meskipun banyak berita miring tentang partai ini. Baginya, PKS mampu melakukan kerja nyata tanpa iming-iming janji palsu.

Sepanjang penuturan laki-laki kelahiran,Gunna Malenong 42 tahun silam ini, aku hanya bisa membisu dengan dada bergemuruh. Meski awalnya keheranan dengan kedatangannya di acara temu kader yang menunjukkan kesetiannya pada partai ini, aku akhirnya memahami bahwa sungguh janji Allah itu pasti, inna ma’al usri yusro. Selalu dan selalu kemudahan pasti membersamai kesulitan seberat apapun topaan badai yang menerpa.

Asalkan, tetap menjadikan Allah SWT sebagai ghayyah (tujuan). Ingat, Hanya untuk Allah.
Oleh: Lilasari Melati

Perubahan Selalu Bising: 'BJB Case & Thariq bin Ziyad'

 


 “Change will not come if we wait for some other person, or if we wait for some other time. We are the ones we’ve been waiting for. We are the change that we seek.” (Barack Obama)

Tak dapat disangkal, saat ini banyak orang menyenangi kata “perubahan”. Tapi apakah mereka mengerti konsekuensi-konsekuensi dari perubahan? Rasanya belum tentu. Masih banyak orang yang berpikir change atau perubahan adalah “ganti orang” atau ganti pimpinan. Maka tak aneh bila kata “perubahan” bukan cuma laku dalam dunia usaha, melainkan juga dalam pilkada atau pemilu.

Kalau dibawa ke ranah itu, hampir pasti perubahan dibaca dari sisi politik. Atau bisa jadi kaum profesional yang sedang melakukan transformasi berpotensi menjadi korban politisasi. Lagi asyik melakukan transformasi yang bukan main banyak musuhnya, malahan dapat “musuh baru”, yaitu kandidat pejabat publik yang butuh suara. Mengapa begitu?

Selalu Ada Resistensi

Saya kira publik sudah semakin cerdas dan mengerti, perubahan selalu berhubungan dengan adanya “kelompok yang melawan”. Kaum resisten ini jumlahnya tidak banyak, tetapi mereka sangat vokal dan berjuang agar tidak kehilangan. Di bumi yang perasa, orang yang pernah menduduki posisi terhormat bila kehilangan jabatan karena tidak lolos fit and proper test bisa berarti kehilangan muka. Dan “kehilanganmuka” bisa berarti “tsunami” bagi pelaku pelaku transformasi.

Padahal transformasi tidak bisa jalan bila tidak mendapatkan energi yang kuat. Transformasi butuh suasana persatuan dan kepercayaan. Banyak orang tak menyadari, setiap langkah transformasi sangat berisiko bagi jabatan seseorang. Kalau hanya kehilangan kursi saja itu belumlah seberapa. Dalam banyak kasus, kelompok yang resisten tidak hanya mengungkit kursi, melainkan mencari cara untuk menemukan kesalahan-kesalahan kecil yang bisa diperbesar. Padahal dalam era VUCA, manusia bekerja dalam iklim yang kompleks dan mudah mengambil langkah yang salah, lupa atau ada saja kekurangannya.

The Burning Platform

Dalam buku ChaNgE! yang saya tulis tahun 2005, Robby Djohan memberikan kata pengantarnya. Ini mungkin kata pengantar terpendek yang pernah saya terima, tapi isinya sungguh mengena pada sasaran. Saya kutipkan saja sebagian: “Perubahan adalah bagian yang penting dari manajemen dan setiap pemimpin diukur keberhasilannya dari kemampuannya memprediksi perubahan dan menjadikan perubahan tersebut suatu potensi.

”Lalu, pada alinea kedua Robby menulis catatan yang menurut saya sangat penting bukan saja karena pengakuannya yang jujur, tapi memang sering kita alami: “Sering kali seorang CEO, termasuk saya sendiri, berhadapan dengan perubahan setelah dia sudah berada di ambang pintu.Situasi seperti ini mungkin dapat diatasi, tetapi hasilnya pasti bukan sebagai suatu potensi ataupun kegunaan.” Robby memang selalu bicara to the point.

Perubahan, bagi sebagian kita, adalah sesuatu yang menakutkan. Namun, manakala kita berhasil mengendalikan rasa ketakutan itu, perubahan menjadi energi yang luar biasa untuk membuat kita bangkit kembali. Namun manakala kita kalah, betapa bisingnya suara di luar. Apalagi bila Anda melakukan perubahan pada lembaga yang ada hubungannya dengan negara, milik negara atau milik pemerintah daerah. Anda akan menyaksikan banyak “peluru nyasar” yang tidak jelas hendak ditembak ke mana.

Perhatikan saja betapa “bisingnya” keributan di seputar Bank BJB yang muncul justru pada saat pemungutan suara. Itu pun bisa jadi ajang perpecahan sesama aktivis yang mulanya sama-sama mau memberantas korupsi. Ada peluru yang ditujukan kepada salah satu kandidat meski informasi awalnya mungkin berasal dari orang dalam yang ditujukan kepada salah satu calon direksi yang jabatannya diinginkan orang lain. Lalu ada lagi peluru yang disasarkan kepada CEO.

Penembak yang lihai ternyata juga tak bisa menembakkan peluru ke sasaran yang tepat karena begitu masuk ke ranah politik,tiap pihak punya kepentingan yang berbeda dan sulit dikendalikan. Akhirnya tsunami terjadi betulan, bukan hanya change maker yang terlibat, melainkan juga lembaganya akan sulit dibangun kembali.

Belajar dari berbagai perubahan yang dilakukan di sejumlah lembaga publik maupun BUMN besar yang rumit mengingatkan saya pada sosok panglima perang yang terkenal dalam sejarah Islam, Thariq bin Ziyad.

Kisahnya kurang lebih begini. Thariq yang lahir sekitar tahun 670 Masehi dibesarkan kabilah Nafazah di Afrika Utara. Perawakannya tinggi, keningnya lebar, dan kulitnya putih kemerahan. Thariq adalah murid seorang komandan perang di Afrika Utara yang dikagumi karena kegagahannya, kebijaksanaannya, dan terutama keberaniannya. Suatu ketika seorang pangeran Spanyol, Julian, meminta bantuan pembimbingnya untuk menaklukkan Raja Roderick yang berkuasa di Spanyol.

Lalu, Thariq diutus untuk mengintai kekuatan bangsa Visigoth dan menjajaki kemungkinan pengiriman pasukan dalam jumlah besar. Akhirnya, waktunya pun tiba. Ketika Raja Roderick sedang sibuk menghadapi pemberontakan di kawasan utara kerajaannya, Thariq datang dengan 7.000-an prajuritnya untuk menyerbu Spanyol. Pengiriman pasukan dilakukan melalui laut. Pasukan ini mendarat di dekat gunung batu besar yang kelak dinamai Jabal (Gunung) Thariq. Orang-orang Eropa menyebutnya Gibraltar.

Ketika sampai di Spanyol, Thariq mengambil keputusan yang sangat mengejutkan seluruh prajuritnya dan dikenang sebagai langkah fenomenal hingga saat ini. Ia membakar semua perahu yang digunakan untuk mengangkut para prajuritnya. Para prajuritnya tentu saja terperangah, kaget, dan sebagian bahkan marah. Setelah membakar semua perahu, Thariq berdiri di hadapan prajuritnya dan berkata, “Di mana jalan pulang? Laut ada di belakang kalian. Musuh ada di depan kalian. Mereka sudah siaga. Sementara kalian tidak memiliki bekal lain kecuali pedang, tidak ada makanan kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian.”

Dalam ilmu manajemen, apa yang dilakukan Thariq dikenal dengan istilah the burning platform dan itu pulalah yang dilakukan para change maker yang piawai kala dipercaya memimpin transformasi.

Kebanyakan pemimpin mau tak mau harus menciptakan kondisi yang membuat semua orang tidak punya pilihan lain, tidak bisa mundur lagi, sama seperti yang Thariq lakukan. Kalau mau bertahan hidup, Thariq dan para prajuritnya hanya punya satu pilihan, yakni maju terus. Begitu pula yang terjadi dengan kebanyakan perusahaan milik negara yang sarat politisasi. Kalau para karyawannya ingin bertahan hidup, mereka harus maju membenahi bersama.

Hanya itu pilihannya. Masalahnya, apakah para aktivis kebijakan publik mengerti bahwa mereka bisa dipakai kaum resisten untuk menaburkan peluru amarah mereka yang sedang kehilangan muka? Pilihannya hanya dua: bersekutu dengan the losers yang resisten atau memperkuat the winners agar menghasilkan transformasi yang berujung kebaikan. Atau mungkin mereka berpikir ada opsi ketiga yang kita tak pernah tahu apa itu. Kala keributan menjadi mahal, semua ada ongkosnya dan tentu saja ada tukang catutnya.

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI | @Rhenald_Kasali on twitter

pkspiyungan