kok ngomong politik mulu? Kapan
Da'wahnya?
Ko' akhir2 ini statusnya politik dan kampanye
melulu….?
Apa ga sebaiknya statusnya diisi dengan nilai2 dakwah
saja….
Begini…..
likulli maqaamin maqaalun… Setiap tempat dan situasi ada
ungkapannya (yang cocok untuk disampaikan).
Kalau yang antum maksud dengan pertanyaan tersebut
adalah mengapa status saya tidak berisi nilai-nilai dakwah saja, maka hendaknya
masalahnya dipahami dengan cermat. Memilih atau mendukung terpilihnya pemimpin
yang kita percaya dapat membawa nilai dan misi lebih baik daripada yang
lainnya, menurut saya juga memiliki nilai dakwah yang tidak kalah pentingnya.
Jadi, ini juga sebenarnya 'status dakwah', hanya 'kemasannya'
yang sedikit beda. Kesannya memang 'mengejar kekuasaan', atau 'mengejar dunia'.
Tapi saya meyakini, selagi ada orientasi dakwah di dalamnya serta tidak ada
perkara prinsip yang dilanggar, maka, apa yang dikatakan sebagai 'mengejar
kekuasaan' atau 'mengejar dunia' sesungguhnya dibalik itu terdapat medan dakwah
dan medan pahala yang sangat besar.
Sebab, jika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
katakan, "Aku berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaraku, lebih aku suka
daripada I'tikaf di masjidku sebulan." (HR. Thabrani), maka saya
menganggap bahwa mendukung seorang calon pemimpin hingga terpilih, agar dengan
itu diharapkan dapat membantu penyelesaian berbagai problematika masyarakat,
adalah perkara yang sangat besar nilainya.
Bukankah golongan yang pertama kali disebut dari 7
golongan yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam katakan akan mendapatkan
naungan di hari kiamat pada hari tidak ada naungan selain naungan Allah adalah 'Pemimpin
yang adil'?
Bukankah Utsman bin Affan radhiallahu anhu pernah
berkata,
إِنَّ اللهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لاَ يَزَعُ
بِالْقُرْآنِ
"Sesungguhnya Allah mencegah (kemunkaran) lewat
penguasa apa yang tidak dicegah melalui Al-Quran.."
Maksudnya adalah bahwa keputusan seorang penguasa yang
berpihak kepada nilai-nilai dakwah dan agama dapat lebih efektif untuk mencegah
kemunkaran ketimbang ayat-ayat dan nasehat-nasehat yang disampaikan. Perkara
ini sangat jelas realitanya bagi siapa saja yang ingin merenunginya.
Bukankah para shahabat menunda pemakaman Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, tujuannya adalah agar mereka segera mendapatkan
kepastian pemimpin setelah beliau wafat agar tidak timbul fitnah. Itu semua,
dan masih banyak lagi bukti lainya, tak lain kecuali menunjukkan pentingnya
seorang pemimpin yang mumpuni di tengah masyarakat. Maka, hal itu semestinya
berbanding lurus dengan pentingnya kita memiliki peran, sedikit atau banyak,
dalam mewujudkan kepemimpinan terbaik dari yang ada.
Bahwa masih banyak kekurangan di sana sini dan masih
jauh mencapai titik sempurna, itu pasti. Lagipula tidak ada yang sempurna
selain Allah Ta'ala. Namun, setidaknya di sana ada usaha manusiawi yang dapat
dilakukan. Disamping, para ulama telah mengajarkan kepada kita….
مَالاَ يُدْرَكُ كُلُّهُ لاَ يُتْرَكُ جُلُّهُ
"Jika sesuatu (kebaikan) tidak dapat diraih
seluruhnya, jangan tinggalkan semuanya."
Jadi, jangan terlalu tabu dengan kemasan 'dunia' dan
'politik' selagi yang dituju adalah akhirat dan kebaikan umat serta tidak ada
perkara prinsip yang dilanggar. Sebaliknya, jangan terlalu 'terpedaya' dan
'terbuai' dengan kemasan 'akhirat' namun dibalik itu ternyata menyimpan hasrat
duniawi dan cenderung menghindar dari problematika umat terkini.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ingatkan hal
tersebut dalam sabdanya
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ
"Sesungguhnya seseorang (boleh jadi) tampak di
hadapan manusia melakukan amal ahli surga, padahal dia adalah (calon) penghuni
neraka. Dan seseorang (boleh jadi) tampak oleh manusia melakukan amal ahli
neraka, padahal dia adalah (calon) penghuni surga." (HR. Muslim)
Saya tidak ingin mengatakan bahwa 'saya adalah ahli
surga' meskipun itu yang selalu saya mohon. Hanya yang ingin saya katakan
adalah jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan hanya berdasarkan tampilan
luarnya saja.
Jadi, 'politik' yang saya syiarkan melalui status saya
sesungguhnya adalah bagian dari wilayah dakwah yang ingin saya geluti. Itupun
saya akui tidak ada apa-apanya dibanding mereka yang langsung berjibaku di
lapangan. Namun setidaknya saya ingin punya kontribusi walau sekecil apapun.
Bagi saya, kalau kita memimpikan pemimpin yang baik, mengapa tidk sekalian
menampakkan dukungan utk membantu mewujudkannya... ketimbang pasif menjadi
penonton...
Di sisi lain, insya Allah, agenda dakwah yang sudah
dijalani tdk ada yg diabaikan. Saya termasuk orang yang berpandangan bahwa
politik memang bukan segala-galanya, tapi, aspek politik tidak dapat dilepaskan
dari agenda dakwah, bahkan dari agenda kehidupan sosial kita!
Antum setuju?
Ahlan wa sahlan, kita dapat bergandengan tangan.
Antum tidak setuju?
Ahlan wa sahlan, kita tetap dapat saling memberi salam
dan berjabat tangan… jangan sampai ada luka di antara kita …. :)
Saya tentu tidak dapat memaksa antum untuk mengikuti
sikap saya, namun setidaknya kita dapat saling memahami … "Tidak harus org
meyakini apa yg kau katakan, yang harus adalah engkau meyakini apa yang engkau
katakan.."
Semoga Allah limpahkan kepada antum dan saya ilmu yang
bermanfaat serta hidayah dan taufiq-Nya… aamiin.
Akhukum fillah…
Oleh :
Abdullah Haidir, Lc
PIP PKS Arab Saudi
twitter: @abdullahhaidir1