Di era modern kayak gini nih merayakan tahun baru rasanya gak lengkap
bila tidak meniup terompet. Makanya gak heran setiap pada pergantian
tahun ratusan terompet berbagai ukuran berpose ditepi jalan. Namun
masalahnya siapa sih yang mempopulerkan penggunaan terompet pada malam
tahun baru ? Nah begini nih ceritanya.
Semula, budaya meniup terompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi
saat menyambut tahun baru bangsa mereka yang jatuh pada pada bulan ke
tujuh pada sistem penanggalan mereka atau yang biasa disebut Rosh
Hashanah (bahasa Ibrani: ראש השנה). Sebenarnya, Yudaisme memiliki empat
hari”tahun baru” yang menandai berbagai “tahun” resmi, seperti halnya 1
Januari menandai tahun baru dalam penanggalan Gregorian. Rosh Hashanah
adalah tahun baru untuk manusia, binatang, dan kontrak hukum. Pada malam
Rosh Hashanah ini, masyarakat Yahudi melakukan introspeksi diri dengan
tradisi meniup shofa, sebuah alat musik sejenis terompet. Bunyi shofar
mirip sekali dengan bunyi terompet kertas yang dibunyikan orang
Indonesia di malam Tahun Baru. Kalau dilihat dari kacamata orang music
nih ya, shofar digolongkan sebagai terompet. Nah terompet sendiri
diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum Masehi. Pada awalnya,
terompet digunakan untuk keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam
militer teruta saat akan berperang. Ketika masa pertengahan
Renaisance, terompet berubah fungsi menjadi alat musik hingga saat ini.
Nah itulah cerita tentang terompet dan Rosh Hashanah.
Tapi tenang aja ceritanya belum berakhir kok. Cerita berlanjut ketika
Panglima Pompey dari Kekaisaran Romawi Kuno menguasai Yerusalem pada
tahun 63 SM, orang-orang Yahudi mulai mengikuti Kalender Julian
(Kalender Bangsa Romawi yang menjajahnya). Setelah kejadian itu
penggunaan kalender Ibrani mulai menurun. Apalagi setelah berdiri negara
Israel pada tahun 1948 M. Mereka lebih menyukai Kalender Gregorian
untuk kehidupan pribadi dan kehidupan publik mereka. Dan sejak tahun
1980an, bangsa Yahudi sekuler justru mengadopsi kebiasaan Perayaan Tahun
Baru Gregorian (Tahun Baru Masehi) yang biasanya dikenal dengan sebutan
”Sylvester Night” dengan berpesta pada malam 31 Desember hingga 1
Januari. Akhirnya dengan percampuran dua budaya itu akhirnya lahirlah
tiup terompet pada malam tahun baru.
Nah itulah cerita di balik layar tentang gimana sih asal usulnya tiup
terompet pada malam tahun baru. Semoga setelah baca ini kita bisa
sedikit melek terhadap kondisi masyarakat saat ini. Dan bukan berarti
kalo niup terompet budaya orang Yahudi terus kalo ngrayain tahun baru
gak pake terompet dibolehin ya. Terus belajar dan tetap ikuti tulisan
kami berikutnya.
(disadur dari beberapa sumber)