Selasa, 12 Maret 2013

Klarifikasi KH Didin Hafidhuddin Untuk DetikCom Bahwa Ia Tak Pernah Keluar Dari PKS

kh didin hafidhudin tidak keluar pks 


Pendiri Partai Keadilan (PK) Kh. Didin Hafidhuddin memberikan klarifikasi soal istilah 'mafia' dalam pemberitaan tentang ketua majelis syuro Hilmi Aminuddin. Dia menyebut tak pernah mengeluarkan istilah tersebut.
Berikut penjelasannya Didin seperti yang disampaikan pada redaksi detikcom, Senin (25/2/2013):
1. Saat diwawancara oleh reporter detik.com, rasanya saya tidak pernah mengeluarkan kata-kata mafia. (Dalam wawancara dengan majalah detik, Didin menyebut Godfather-red).
2. Betul bahwa saya pernah memberikan nasehat secara langsung kepada Ustad Hilmi Aminuddin
karena kecintaan saya pada partai dakwah (PKS), agar PKS dapat mempertahankan jati dirinya sebagai Partai yang melakukan kegiatan dakwah di bidang politik. Artinya, ada nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi. Seperti amanah, jujur, tidak korup, dan tidak khianat.
3. Tausiyah atau saling menasehati adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan, bahkan inti dari agama itu adalah nasehat. Apabila nasehat tidak berjalan atau terhambat, maka yang akan terjadi adalah kerusakan. Karena di antara sifat manusia itu adalah lupa dan salah.
4. Contoh tausiyah yang baik adalah ketika Umar bin Khattab (ketika menjadi Khalifah saat itu) dikritik oleh seorang perempuan biasa karena kebijakannya dianggap bertentangan dengan Alquran, maka saat itu pula Umar bin Khattab menerimanya dengan baik. Beliau mengatakan: "Umar yang salah, perempuan itu benar". Karena itu, tausiyah harus terus dihidupkan kembali di tubuh PKS, tanpa disekat oleh struktural. Dan saya yakin, jika tausiyah ini berjalan dengan baik, PKS akan
menjadi partai kebanggan umat.
5. Saya juga tidak pernah menyatakan keluar dari PKS. Hanya menyatakan bahwa karena aktifitas saya di bidang pendidikan dan diangkat sebagai Ketua Umum BAZNAS, maka tidak memungkinkan lagi saya aktif di partai politik manapun. Saya lebih konsentrasi pada pendidikan dan kegiatan sosial.
Demikian klarifikasi ini. Mudah-mudahan semuanya bisa memahami dengan baik, sehingga ukhuwah Islamiyyah akan tetap terjaga

suaranews

WAWANCARA "IMAJINER" LHI DALAM PROGRAM "MATA NAJWA"

Foto: WAWANCARA "IMAJINER" LHI DALAM PROGRAM "MATA NAJWA"

Salah seorang presenter, host dan wartawan terkenal, tajam dan cerdas, NAJWA SHIHAB, lewat acaranya MATA NAJWA, berhasil melakukan wawancara eksklusif dengan Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq di Rutan Guntur. Berikut petikan wawancaranya.

Najwa : Bagaimana kabarnya pak?

LHI : Alhamdulillah baik, seperti yg anda lihat.

Najwa : Sepertinya bapak tetap ceria, tersenyum layaknya tak terjadi apa2.

LHI : Memangnya apa yg terjadi mbak? Oh iya, baru ingat. Saya kan tahanan KPK, hehe.

Najwa : Ha ha ha, padahal udah lebih sebulan lho pak nginap disini. Apa tidak merasa tertekan secara batin?

LHI : Yaaa (sambil menghela nafas agak sedang), sebagai manusia biasa tentu saya merasa sedikit terkungkung, tidak bebas. Namun sebagai seorang da’i, bagi saya, penjara ini hanyalah medan dakwah baru. Disini justru banyak orang yang mendambakan taushiah dan juga bimbingan, termasuk imam kala shalat berjama’ah. Jadi,,, mmmm ya, anggap saja bertemu dgn mad’u dan calon2 kader dakwah baru.

Najwa : [sambil mengerutkan kening], maksud bapak tadi madu??

LHI : hehe, mad’u, bukan madu, meskipun hakikatnya bisa sama. Bertemu mad’u itu ibarat meminum madu, selain membawa manfaat dan obat, juga bagian dari sunnah Nabi. Itulah yg kami pelajari di PKS. Mbak, apa bapaknya gak pernah ngajarin??

Najwa : ooh, iya, mmm, itu ya pak. Kayaknya pernah sih, tapi, bapak kan tahu gimana lingkungan kerja saya di Metro TV.

LHI : ooh gitu, makanya mbak, warnailah lingkungan mbak, jangan dibalik-balik.

Najwa : hehe, betul pak. Tapi maaf ya pak, ini kan saya yg mau wawancara, kok malah bapak yg terus nasehatin saya.

LHI : yaa, itu refleks saja mbak. Udah terbiasa nasehat menasehati. Maaf kalau tersinggung ya.

Najwa : gak apa2 pak… Sepertinya bapak juga tidak sedih ya?

LHI : untuk apa bersedih, selama kita tetap beriman kepada Allah dan istiqamah, kita justru patut bergembira mbak, orang beriman itu posisinya tinggi, mulia, betapapun manusia ingin menghinakannya. Kalo ada fitnah, tuduhan, hujatan bahkan pujian sekalipun, itu hanya perspektif manusia, toh yang paling tahu dan memahami kita adalah Sang Pencipta. Jadi, yaa, kata kuncinya selalu mendekatkan diri pada-Nya dalam keadaan apapun.

Najwa : Para pemirsa, Ustadz LHI telah mengajarkan kita bagaimana menyikapi segala hal yang menimpa diri secara positif, mengambil sisi baiknya. Baik, kita jedah sejenak.

[IKLAN kurang lebih 3 menit]

Najwa : kita kembali lagi dgn Ustadz LHI. Pak, bagaimana perkembangan kasus dugaan suap yang bapak alami, dari rentetan pemeriksaan yang telah dilakukan penyidik KPK.

LHI : sebenarnya, yang mesti menjawab hal ini adalah penasehat hukum saya. Tapi gak apa2lah, saya kabarkan saja sepanjang pengetahuan saya. Tapi tolong pertanyaannya tidak umum begini, mohon lebih spesifik.

Najwa : Pak LHI, anda kan terjerat operasi tangkap tangan KPK pada selasa malam di hotel Le Meridien bersama Ahmad Fathonah dan gadis manis bernama Maharani?

LHI : saya kurang tahu mbak ya, tapi yg pasti saya dijemput KPK pada Rabu malamnya saat rapat di DPP PKS tanpa pemberitahuan awal [pemanggilan atau penangkapan], termasuk kejelasan status saya saat itu. Yg mbak tanyakan itu saya tidak paham, apalagi barang bukti 1M untuk saya, plus gadis lagi.

Najwa : jadi, bapak merasa dijebak?

LHI : sampai sekarang, saya belum bisa memahami, persoalan apa yang dituduhkan ke saya. Coba mbak tanyakan ke KPK saja, kan mereka yang menangkap dan memiliki 2 alat bukti (katanya) untuk kasus ini. Kalau merasa dijebak, saya biasa saja. Saya menganggap hidup saya berjalan apa adanya. KPK menuduh saya begitu, yaa silahkan dibuktikan. Sebagai warga negara, saya akan patuh. Semua kita kan sama didepan hukum mbak, meski waktu itu saya seorang presiden (PKS).

Najwa : apakah bapak merasakan keganjilan dalam proses ini??

LHI : ganjil atau genap, toh semuanya sudah berjalan, kita tunggu saja endingnya. Bagi saya, semakin cepat semakin baik, biar PKS juga tidak tersandera dengan kasus ini. Kan mbak lihat, sehari setelah saya ditangkap, saya langsung mundur dari posisi sebagai Presiden.

Najwa : bapak tidak berniat mempra-peradilankan KPK?

LHI : untuk apa mbak?? Bagi kami di PKS, kita itu mesti terus mendukung KPK dalam pemberantasan korupsi, kita banyak berharap ke KPK dibanding institusi lain. KPK itu tangan dan semangat PKS untuk membangun Negara yang BERSIH. Ketika seorang nelayan menangkap ikan dilaut, bisa jadi itu akan merusak terumbu karang yg indah. Jadi, supaya tidak ada efek samping, nasehati saja nelayannya agar hati-hati, jangan disuruh berhenti nangkap ikan, padahal itu udah kerjaannya. Pesankan juga kepada nelayan, jenis alat tangkapnya mesti adaptif, jangan monoton. Apalagi sengaja menjauh dari gerombolan ikan2 besar, lalu kemudian merusak terumbu yang mempesona mata itu [mungkin nelayannya perlu belajar kode etik, atau semacam timwas etika nelayan].

Najwa : analoginya agak membingungkan pak. Bukankah KPK sendiri via Johan Budi telah menyatakan bahwa jika bapak atau PKS merasa dizhalimi, silah ajukan pra-peradilan?

LHI : mbak, kami ini bukan kelompok orang yang mudah diprovokasi. Coba mbak bayangkan, jika kami mengajukan pra-peradilan dan lalu kalah, berapa energi kami terbuang dan akibatnya kian melemahkan kader. Jika menang, justru kami melemahkan KPK, dan itu melanggar dukungan dan kecintaan kami selama ini ke KPK. Alhasil, kalah jadi abu, menang jadi arang, para koruptor semakin loncat kegirangan. Anggap saja ini sebagai peluru nyasar. Mbak kok kelihatannya makin bingung ya??

Najwa : eeh, ya, mmm, iya pak. Saya agak bingung mengikuti logika berpikir bapak dan PKS. Saya terlihat seperti orang bodoh saja,,, maaf pak kalau saya sudah jujur.

LHI : hehe, gak usah merasa begitu meskipun itu benar… blank…  apa lagi ya mbak?

Najwa : baiklah, mmm, kita beralih sedikit pak. Seberapa dekat atau kenal bapak dengan tersangka Ahmad Fathonah?

LHI : begini mbak, bagi kami di PKS, siapapun itu adalah potensi bagi dakwah, dan itu jati diri kami sebagai partai dakwah. Saudara AF ini memang saya kenal dan bahkan bertemu dibeberapa tempat, dan menurut saya, itu hal yang biasa kan. Apalagi saya pernah sealmamater dengan Saudara AF ini. Tapi kalau metro memberitakan bahwa AF adalah sespri atau orang dekat saya, itu perlu klarifikasi. Ceritanya dari mana. Analoginya begini mbak, ….

Tiba-tiba, aliran listrik di rutan Guntur terputus, sehingga wawancara berhenti dan akan dilanjutkan untuk waktu yang belum ditentukan. [IKLAN menyusul]

Setelah aliran listrik di rutan Guntur hidup kembali pasca terputusnya wawancara segmen pertama, Najwa Shihab kembali mewawancarai Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dengan pertanyaan yang lebih tajam dan menukik.

Najwa: saya kembali ingin menanyakan seberapa dekat bapak dengan AF?

LHI: saya kenal dengan AF, pernah jumpa dibeberapa tempat, tapi dia bukan sespri atau teman dekat saya, juga bukan kader PKS. Sebagai orang publik dan presiden sebuah partai dakwah, saya mesti dekat dengan siapapun, meski tidak berarti membaur atau bahkan sejenis. Kalo mbak Najwa pernah mewawancarai seorang pecandu atau koruptor sambil senyam-senyum, ketawa ketiwi, lantas kemudian saya menilai bahwa mbak pro-narkotik atau pro-koruptor, apakah itu adil?? Nabi pernah bahkan selama hidupnya memberi makan seorang Yahudi buta, apakah kemudian kita menilai bahwa Nabi beragama Yahudi atau pro-israel?? Terlalu dini bahkan bisa tidak mungkin. Sedangkan biji salak saja yang selalu seiya-sekata dgn daging salak, rasanya bisa beda, kan?? Yg satu dimakan, yg lain dibuang. Hehe, udah mulai paham ya mbak??

Najwa: entahlah pak ya,,, saya semakin merasa bodoh saja. Oklah, gini pak. Jadi, AF itu berarti sok kenal sok dekat, gitu pak??

LHI: mungkin sudah alamnya begitu, ibarat buah salak tadi, sunnatullah. Kalau niat AF sih saya tidak tahu mbak, yg jelas saya selalu husnuz-zhan, berbaik sangka.

Najwa: baik pak, kemudian uang yang 1 M itu, katanya akan diberikan ke bapak sebagai suap, agar bapak bisa mempengaruhi Mentan [Pak Suswono] untuk mendapatkan porsi kuota impor lebih besar?

LHI: itu pertanyaan ke saudara AF, bukan ke saya mbak. Kalaupun ada niatan begitu, apakah mbak percaya saya akan menerimanya??

Najwa: yaa gak tahu pak,.. bisa ya bisa tidak. Tapi katanya KPK sudah mengantongi bukti rekaman percakapan bapak dengan Mentan??

LHI: tanyakan saja ke KPK, toh KPK sudah diberi kewenangan untuk menyadap percakapan siapa saja, kecuali nyadap karet kali ya mbak. Hehe

Najwa: haha, bapak lucu juga. Tapi memang, belakangan kami dengar dari media lain bahwa KPK melalui pak Abraham Samad telah membantah keberadaan rekaman itu??

LHI: yaa, kita gak tahu juga mbak. Kan saya dipenjara, mungkin penasehat hukum saya lebih tahu. Bagi saya, semua kerja KPK kita hargai yg penting niatnya baik.

Najwa: kalau rekaman itu ternyata tidak ada, dan justru hanya fitnah belaka, apa yang akan bapak lakukan??

LHI: mbak, saya memahami fitnah itu sebagai ujian saja. Jangankan kita, isteri Nabi sendiri (Aisyah r.anha) juga tidak luput dari fitnah, malahan lebih kejam lagi. Sampai-sampai Rasulullah SAW mesti menunggu kurang lebih 1 bulan hingga turun firman Tuhan yg menjelaskan fitnah atas Aisyah itu. Jadi, jangankan kita, Nabi saja mesti menunggu firman dulu baru lepas pikiran dan hatinya sama sekali dari efek fitnah. Apalagi masyarakat kita yang sepertinya sudah jadi watak, selalu berprasangka buruk bukannya berprasangka baik. Mudah2an semua ini cepat berlalu dan Allah menunjukkan keMaha-AdilanNya.

Najwa: jadi terharu saya pak… Pemirsa, Ustadz LHI mengingatkan kita untuk selalu berprasangka baik. Sepertinya, prasangka itu tergantung hati kita, bila ia baik dan hidup, maka yang lahir adalah prasangka baik, begitupun sebaliknya. Kita jeda sejenak pemirsa.

[Iklan sekitar 3 menit].

Najwa: kembali kita mengungkap fakta dibalik cerita, lewat tajamnya mata, di MATA NAJWA. Pak LHI, bagaimana pandangan bapak perihal komisioner KPK dan kerjanya sebagai sebuah lembaga penegak hukum??

LHI: mana yg mesti saya jawab dulu mbak??

Najwa: komisionernya dulu dech…

LHI: saya tidak dalam kapasitas menilai orang-per-orang, yang jelas mereka dipilih oleh wakil rakyat di DPR, tentunya dengan pertimbangan baik-buruk. Kita tetap husnuz-zhan, mereka orang-orang pilihan.

Najwa: tidak hanya dulu, akhir-akhir ini, KPK sering dinilai kurang kompak, ada persaingan diinternal dan antar-penegak hukum. Bagaimana pendapat bapak??

LHI: saya gak banyak komentar ya mbak, meskipun saya tidak terkejut juga. Biasalah, kita maklumi saja.

Najwa: kalau KPK secara lembaga, bagaimana??

LHI: harapan terbesar kita pada upaya penegakan hukum tetap pada KPK, meski tetap perlu memperbaiki dan memberdayakan kepolisian dan kejaksaan. Mereka ini harus sinergi, kolaboratif dan produktif. Jangan saling bersaing mendapatkan kasus atau terlalu sering hadir diacara-acara publik, khususnya entertainment. Jadi, bekerjalah efisien dan efektif karena kejahatan khususnya korupsi masih sangat merajalela. Ini musuh bersama kita.

Najwa: bapak tetap berprasangka baik pada KPK ya??

LHI: harus itu, kalau tidak siapa lagi?? Sebagaimana saya sangat yakin bahwa kami di PKS sangat benci dengan korupsi, jangankan mengambil uang rakyat, menghambur-hamburkan uang kita sendiri saja sudah suatu bentuk pembangkangan terhadap firman Ilahi.

Najwa: bapak tidak dendam??

LHI: he he… biarlah saya menjalani pemeriksaan kasus yang menimpa saya ini selanjutnya, mohon doa semoga Allah SWT menunjukkan kekuasaan dan keadilanNya.

Najwa: ….

Tiba-tiba sepasang kaki mungil bertengger diwajahku. Aku pun terbangun lalu meluruskan badan Hafiy yang miring dengan kepala tanpa bantal. Sambil mengusap wajahnya yang berseri, saya melihat jam dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amaatana wailahinnusyur… Ku segera menuju kamar kecil seraya mengingat-ingat bunga tidur yang baru saja gugur dari kelopaknya… Hmmmm, apa yang sedang kupikirkan….

Hasbunallah wa ni’mal wakiil.

(ANWAR MUHAMMAD, KOMPASIANA, 09 MARET 2013)

(*)



Salah seorang presenter, host dan wartawan terkenal, tajam dan cerdas, NAJWA SHIHAB, lewat acaranya MATA NAJWA, berhasil melakukan wawancara eksklusif dengan Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq di Rutan Guntur. Berikut petikan wawancaranya.

Najwa : Bagaimana kabarnya pak?

LHI : Alhamdulillah baik, seperti yg anda lihat.

Najwa : Sepertinya bapak tetap ceria, tersenyum layaknya tak terjadi apa2.

LHI : Memangnya apa yg terjadi mbak? Oh iya, baru ingat. Saya kan tahanan KPK, hehe.

Najwa : Ha ha ha, padahal udah lebih sebulan lho pak nginap disini. Apa tidak merasa tertekan secara batin?

LHI : Yaaa (sambil menghela nafas agak sedang), sebagai manusia biasa tentu saya merasa sedikit terkungkung, tidak bebas. Namun sebagai seorang da’i, bagi saya, penjara ini hanyalah medan dakwah baru. Disini justru banyak orang yang mendambakan taushiah dan juga bimbingan, termasuk imam kala shalat berjama’ah. Jadi,,, mmmm ya, anggap saja bertemu dgn mad’u dan calon2 kader dakwah baru.

Najwa : [sambil mengerutkan kening], maksud bapak tadi madu??

LHI : hehe, mad’u, bukan madu, meskipun hakikatnya bisa sama. Bertemu mad’u itu ibarat meminum madu, selain membawa manfaat dan obat, juga bagian dari sunnah Nabi. Itulah yg kami pelajari di PKS. Mbak, apa bapaknya gak pernah ngajarin??

Najwa : ooh, iya, mmm, itu ya pak. Kayaknya pernah sih, tapi, bapak kan tahu gimana lingkungan kerja saya di Metro TV.

LHI : ooh gitu, makanya mbak, warnailah lingkungan mbak, jangan dibalik-balik.

Najwa : hehe, betul pak. Tapi maaf ya pak, ini kan saya yg mau wawancara, kok malah bapak yg terus nasehatin saya.

LHI : yaa, itu refleks saja mbak. Udah terbiasa nasehat menasehati. Maaf kalau tersinggung ya.

Najwa : gak apa2 pak… Sepertinya bapak juga tidak sedih ya?

LHI : untuk apa bersedih, selama kita tetap beriman kepada Allah dan istiqamah, kita justru patut bergembira mbak, orang beriman itu posisinya tinggi, mulia, betapapun manusia ingin menghinakannya. Kalo ada fitnah, tuduhan, hujatan bahkan pujian sekalipun, itu hanya perspektif manusia, toh yang paling tahu dan memahami kita adalah Sang Pencipta. Jadi, yaa, kata kuncinya selalu mendekatkan diri pada-Nya dalam keadaan apapun.

Najwa : Para pemirsa, Ustadz LHI telah mengajarkan kita bagaimana menyikapi segala hal yang menimpa diri secara positif, mengambil sisi baiknya. Baik, kita jedah sejenak.

[IKLAN kurang lebih 3 menit]

Najwa : kita kembali lagi dgn Ustadz LHI. Pak, bagaimana perkembangan kasus dugaan suap yang bapak alami, dari rentetan pemeriksaan yang telah dilakukan penyidik KPK.

LHI : sebenarnya, yang mesti menjawab hal ini adalah penasehat hukum saya. Tapi gak apa2lah, saya kabarkan saja sepanjang pengetahuan saya. Tapi tolong pertanyaannya tidak umum begini, mohon lebih spesifik.

Najwa : Pak LHI, anda kan terjerat operasi tangkap tangan KPK pada selasa malam di hotel Le Meridien bersama Ahmad Fathonah dan gadis manis bernama Maharani?

LHI : saya kurang tahu mbak ya, tapi yg pasti saya dijemput KPK pada Rabu malamnya saat rapat di DPP PKS tanpa pemberitahuan awal [pemanggilan atau penangkapan], termasuk kejelasan status saya saat itu. Yg mbak tanyakan itu saya tidak paham, apalagi barang bukti 1M untuk saya, plus gadis lagi.

Najwa : jadi, bapak merasa dijebak?

LHI : sampai sekarang, saya belum bisa memahami, persoalan apa yang dituduhkan ke saya. Coba mbak tanyakan ke KPK saja, kan mereka yang menangkap dan memiliki 2 alat bukti (katanya) untuk kasus ini. Kalau merasa dijebak, saya biasa saja. Saya menganggap hidup saya berjalan apa adanya. KPK menuduh saya begitu, yaa silahkan dibuktikan. Sebagai warga negara, saya akan patuh. Semua kita kan sama didepan hukum mbak, meski waktu itu saya seorang presiden (PKS).

Najwa : apakah bapak merasakan keganjilan dalam proses ini??

LHI : ganjil atau genap, toh semuanya sudah berjalan, kita tunggu saja endingnya. Bagi saya, semakin cepat semakin baik, biar PKS juga tidak tersandera dengan kasus ini. Kan mbak lihat, sehari setelah saya ditangkap, saya langsung mundur dari posisi sebagai Presiden.

Najwa : bapak tidak berniat mempra-peradilankan KPK?

LHI : untuk apa mbak?? Bagi kami di PKS, kita itu mesti terus mendukung KPK dalam pemberantasan korupsi, kita banyak berharap ke KPK dibanding institusi lain. KPK itu tangan dan semangat PKS untuk membangun Negara yang BERSIH. Ketika seorang nelayan menangkap ikan dilaut, bisa jadi itu akan merusak terumbu karang yg indah. Jadi, supaya tidak ada efek samping, nasehati saja nelayannya agar hati-hati, jangan disuruh berhenti nangkap ikan, padahal itu udah kerjaannya. Pesankan juga kepada nelayan, jenis alat tangkapnya mesti adaptif, jangan monoton. Apalagi sengaja menjauh dari gerombolan ikan2 besar, lalu kemudian merusak terumbu yang mempesona mata itu [mungkin nelayannya perlu belajar kode etik, atau semacam timwas etika nelayan].

Najwa : analoginya agak membingungkan pak. Bukankah KPK sendiri via Johan Budi telah menyatakan bahwa jika bapak atau PKS merasa dizhalimi, silah ajukan pra-peradilan?

LHI : mbak, kami ini bukan kelompok orang yang mudah diprovokasi. Coba mbak bayangkan, jika kami mengajukan pra-peradilan dan lalu kalah, berapa energi kami terbuang dan akibatnya kian melemahkan kader. Jika menang, justru kami melemahkan KPK, dan itu melanggar dukungan dan kecintaan kami selama ini ke KPK. Alhasil, kalah jadi abu, menang jadi arang, para koruptor semakin loncat kegirangan. Anggap saja ini sebagai peluru nyasar. Mbak kok kelihatannya makin bingung ya??

Najwa : eeh, ya, mmm, iya pak. Saya agak bingung mengikuti logika berpikir bapak dan PKS. Saya terlihat seperti orang bodoh saja,,, maaf pak kalau saya sudah jujur.

LHI : hehe, gak usah merasa begitu meskipun itu benar… blank… apa lagi ya mbak?

Najwa : baiklah, mmm, kita beralih sedikit pak. Seberapa dekat atau kenal bapak dengan tersangka Ahmad Fathonah?

LHI : begini mbak, bagi kami di PKS, siapapun itu adalah potensi bagi dakwah, dan itu jati diri kami sebagai partai dakwah. Saudara AF ini memang saya kenal dan bahkan bertemu dibeberapa tempat, dan menurut saya, itu hal yang biasa kan. Apalagi saya pernah sealmamater dengan Saudara AF ini. Tapi kalau metro memberitakan bahwa AF adalah sespri atau orang dekat saya, itu perlu klarifikasi. Ceritanya dari mana. Analoginya begini mbak, ….

Tiba-tiba, aliran listrik di rutan Guntur terputus, sehingga wawancara berhenti dan akan dilanjutkan untuk waktu yang belum ditentukan. [IKLAN menyusul]

Setelah aliran listrik di rutan Guntur hidup kembali pasca terputusnya wawancara segmen pertama, Najwa Shihab kembali mewawancarai Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dengan pertanyaan yang lebih tajam dan menukik.

Najwa: saya kembali ingin menanyakan seberapa dekat bapak dengan AF?

LHI: saya kenal dengan AF, pernah jumpa dibeberapa tempat, tapi dia bukan sespri atau teman dekat saya, juga bukan kader PKS. Sebagai orang publik dan presiden sebuah partai dakwah, saya mesti dekat dengan siapapun, meski tidak berarti membaur atau bahkan sejenis. Kalo mbak Najwa pernah mewawancarai seorang pecandu atau koruptor sambil senyam-senyum, ketawa ketiwi, lantas kemudian saya menilai bahwa mbak pro-narkotik atau pro-koruptor, apakah itu adil?? Nabi pernah bahkan selama hidupnya memberi makan seorang Yahudi buta, apakah kemudian kita menilai bahwa Nabi beragama Yahudi atau pro-israel?? Terlalu dini bahkan bisa tidak mungkin. Sedangkan biji salak saja yang selalu seiya-sekata dgn daging salak, rasanya bisa beda, kan?? Yg satu dimakan, yg lain dibuang. Hehe, udah mulai paham ya mbak??

Najwa: entahlah pak ya,,, saya semakin merasa bodoh saja. Oklah, gini pak. Jadi, AF itu berarti sok kenal sok dekat, gitu pak??

LHI: mungkin sudah alamnya begitu, ibarat buah salak tadi, sunnatullah. Kalau niat AF sih saya tidak tahu mbak, yg jelas saya selalu husnuz-zhan, berbaik sangka.

Najwa: baik pak, kemudian uang yang 1 M itu, katanya akan diberikan ke bapak sebagai suap, agar bapak bisa mempengaruhi Mentan [Pak Suswono] untuk mendapatkan porsi kuota impor lebih besar?

LHI: itu pertanyaan ke saudara AF, bukan ke saya mbak. Kalaupun ada niatan begitu, apakah mbak percaya saya akan menerimanya??

Najwa: yaa gak tahu pak,.. bisa ya bisa tidak. Tapi katanya KPK sudah mengantongi bukti rekaman percakapan bapak dengan Mentan??

LHI: tanyakan saja ke KPK, toh KPK sudah diberi kewenangan untuk menyadap percakapan siapa saja, kecuali nyadap karet kali ya mbak. Hehe

Najwa: haha, bapak lucu juga. Tapi memang, belakangan kami dengar dari media lain bahwa KPK melalui pak Abraham Samad telah membantah keberadaan rekaman itu??

LHI: yaa, kita gak tahu juga mbak. Kan saya dipenjara, mungkin penasehat hukum saya lebih tahu. Bagi saya, semua kerja KPK kita hargai yg penting niatnya baik.

Najwa: kalau rekaman itu ternyata tidak ada, dan justru hanya fitnah belaka, apa yang akan bapak lakukan??

LHI: mbak, saya memahami fitnah itu sebagai ujian saja. Jangankan kita, isteri Nabi sendiri (Aisyah r.anha) juga tidak luput dari fitnah, malahan lebih kejam lagi. Sampai-sampai Rasulullah SAW mesti menunggu kurang lebih 1 bulan hingga turun firman Tuhan yg menjelaskan fitnah atas Aisyah itu. Jadi, jangankan kita, Nabi saja mesti menunggu firman dulu baru lepas pikiran dan hatinya sama sekali dari efek fitnah. Apalagi masyarakat kita yang sepertinya sudah jadi watak, selalu berprasangka buruk bukannya berprasangka baik. Mudah2an semua ini cepat berlalu dan Allah menunjukkan keMaha-AdilanNya.

Najwa: jadi terharu saya pak… Pemirsa, Ustadz LHI mengingatkan kita untuk selalu berprasangka baik. Sepertinya, prasangka itu tergantung hati kita, bila ia baik dan hidup, maka yang lahir adalah prasangka baik, begitupun sebaliknya. Kita jeda sejenak pemirsa.

[Iklan sekitar 3 menit].

Najwa: kembali kita mengungkap fakta dibalik cerita, lewat tajamnya mata, di MATA NAJWA. Pak LHI, bagaimana pandangan bapak perihal komisioner KPK dan kerjanya sebagai sebuah lembaga penegak hukum??

LHI: mana yg mesti saya jawab dulu mbak??

Najwa: komisionernya dulu dech…

LHI: saya tidak dalam kapasitas menilai orang-per-orang, yang jelas mereka dipilih oleh wakil rakyat di DPR, tentunya dengan pertimbangan baik-buruk. Kita tetap husnuz-zhan, mereka orang-orang pilihan.

Najwa: tidak hanya dulu, akhir-akhir ini, KPK sering dinilai kurang kompak, ada persaingan diinternal dan antar-penegak hukum. Bagaimana pendapat bapak??

LHI: saya gak banyak komentar ya mbak, meskipun saya tidak terkejut juga. Biasalah, kita maklumi saja.

Najwa: kalau KPK secara lembaga, bagaimana??

LHI: harapan terbesar kita pada upaya penegakan hukum tetap pada KPK, meski tetap perlu memperbaiki dan memberdayakan kepolisian dan kejaksaan. Mereka ini harus sinergi, kolaboratif dan produktif. Jangan saling bersaing mendapatkan kasus atau terlalu sering hadir diacara-acara publik, khususnya entertainment. Jadi, bekerjalah efisien dan efektif karena kejahatan khususnya korupsi masih sangat merajalela. Ini musuh bersama kita.

Najwa: bapak tetap berprasangka baik pada KPK ya??

LHI: harus itu, kalau tidak siapa lagi?? Sebagaimana saya sangat yakin bahwa kami di PKS sangat benci dengan korupsi, jangankan mengambil uang rakyat, menghambur-hamburkan uang kita sendiri saja sudah suatu bentuk pembangkangan terhadap firman Ilahi.

Najwa: bapak tidak dendam??

LHI: he he… biarlah saya menjalani pemeriksaan kasus yang menimpa saya ini selanjutnya, mohon doa semoga Allah SWT menunjukkan kekuasaan dan keadilanNya.

Najwa: ….

Tiba-tiba sepasang kaki mungil bertengger diwajahku. Aku pun terbangun lalu meluruskan badan Hafiy yang miring dengan kepala tanpa bantal. Sambil mengusap wajahnya yang berseri, saya melihat jam dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amaatana wailahinnusyur… Ku segera menuju kamar kecil seraya mengingat-ingat bunga tidur yang baru saja gugur dari kelopaknya… Hmmmm, apa yang sedang kupikirkan….

Hasbunallah wa ni’mal wakiil.

(ANWAR MUHAMMAD, KOMPASIANA, 09 MARET 2013)

Umat Islam Mulai Bersatu, Fraksi PKS Dan Ormas Islam Bentuk Forum Bulanan





Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI dan pimpinan sejumlah Ormas Islam sepakat untuk membuat sebuah forum bulanan guna membahas masalah-masalah keumatan. Forum ini akan mengawal produk-produk perundangan yang terkait langsung dengan kepentingan umat.

Kesepakatan dicapai di akhir acara silaturahim pimpinan Ormas Islam dan dengar pendapat RUU keumatan di ruang pleno Fraksi PKS, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/2/2013). Pimpinan sejumlah ormas Islam hadir memenuhi undangan Fraksi PKS, di antaranya MUI, LPPPOM MUI, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), Wanita Syarikat Islam, Wanita Islam, Muslimat NU, Hizbut Tahrir Indonesia, Muslimah HTI, PII, KBPII, Pemuda PUI, Wanita PUI dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

“Dengan forum bulanan ini kita bisa sama-sama membahas problem umat dan mencari jalan keluarnya. Termasuk segala hal yang perlu kita perjuangkan melalui parlemen,” tutur Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid.

Sebelumnya, dalam forum silaturahim dan dengar pendapat ini, para pimpinan Ormas Islam menyampaikan sejumlah persoalan yang menjadi perhatian umat. Di antaranya soal pelaksanaan haji yang masih banyak kelemahan di sana-sini, masalah jaminan produk halal hingga isu kesetaraan gender dan perlindungan keluarga.

Sementara itu, terkait RUU Jaminan Produk Halal (JPH) yang sedang dibahas di DPR, Hidayat menyampaikan harapannya agar RUU ini segera bisa disahkan menjadi UU.
“Saya mengharapkan RUU ini dapat segera selesai pada masa sidang ini. Pembahasannya bisa dilakukan lebih efektif dan cepat tanpa harus mengurangi kualitas RUU JPH itu,” tegas Hidayat yang juga anggota Komisi VIII ini.

Hidayat mengungkapkan, setidaknya ada tiga hal yang krusial dalam peta pandangan masing-masing fraksi terkait RUU JPH ini. Ketiga hal tersebut adalah masalah kelembagaan, peranan MUI, dan sifat pengaturannya. Selanjutnya tiga hal inilah yang nantinya akan mengerucut menjadi materi lobi dalam rapat-rapat lobi.

“Mudah-mudahan dalam forum lobi ini ada win-win solution. Artinya, yang terkait dengan kelembagaan berdasarkan pendapat pemerintah, namun untuk peran MUI dan sifat pengaturan diharapkan sesuai dengan pandangan DPR. Ini Agar pertemuan kesepahaman itu dapat mempertimbangkan kemaslahatan rakyat,” paparnya.

Alintima

Jangan Lupakan Target Akhir Dakwah Kita

ust-hilmi-aminuddin



Oleh: KH. Hilmi Aminuddin

Target akhir dakwah kita adalah nasyrul hidayah (menyebarkan petunjuk) dan li I’laai kalimatillah (meninggikan kalimah Allah), hatta laa takuuna fitnatun wayakuunaddiinu kulluhu li-Llah (supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah). Jangan lupakan target akhir ini.

Amal khoiri yang pendekatannya kesejahteraan, jangan dianggap sebagai ghayah (target akhir), itu sasaran antara saja. Memang dia suatu anjuran dari Allah, tapi dia sasaran antara dari segi dakwah, diharapkan melalui ihsan kita menghasilkan penyikapan dan sambutan yang khoir. Hal jazaul ihsan illal ihsan, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Tapi ihsan kita, operasi mewujudkan kesejahteraan itu jangan dianggap tujuan akhir. Negara-negara Eropa itu adalah Negara yang sejahtera hidupnya. Tapi 50% penduduknya atheis.

Bagi kita, jadi camat, bupati, walikota, gubernur atau presiden, itu sasaran antara. Akhirnya hatta laa takuuna fitnatun wayakuunaddiinu kulluhu li-Llah (supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah). Wa kalimatullah hiyal ulya (dan kalimat Allah itulah yang tinggi).

Jadi, amal tsaqafi, orang jadi bertsaqafah; amal khairi, orang jadi sejahtera; itu hanyalah sasaran-sasaran antara kita. Sebab kalau orientasi masyarakat madani itu hanya terdidik, dan sejahtera seperti di Eropa, banyak yang mulhid, atheis walaupun terdidik dan sejahtera. Walaupun bukan atheis terorganisir seperti komunis, style masyarakat sebagai individu itu atheis. Bahkan memandang keagamaan itu merupakan bagian dari budaya.

Di Jepang juga masyarakatnya sangat sejahtera. Tapi bagi mereka agama itu kultur yang terserah selera, boleh berganti kapan saja. Orang Jepang saat lahir umumnya disambut dengan upacara-upacara Budha. Ketika nanti menikah dirayakan dengan upacara Kristen dan ketika meninggal dengan upacara Sinto. Kata ikhwah yang pernah bermukim di Jepang, pernah ada sensus keagamaan, ternyata pemeluk agama di Jepang itu tiga kali lipat dari jumlah penduduk. Jadi mereka sebenarnya sejahtera dan terdidik. Secara fisik, materi, mereka terlihat bahagia. Tapi yabqa ala dhalalah (tetap dalam kesesatan).

Nah kita sebagai partai dakwah tidak begitu. Maksud saya, kalau kita sudah bisa mentau’iyah (menyadarkan), menjadi terbuka, bebas, demokratis, mentatsqif, menjadi terdidik, atau menyejahterakan sekalipun, perjalanan kita masih tetap jauh. Sebab sesudah itu, bagaimana mereka bisa kita konsolidasikan, bisa kita koordinasikan, kita mobilisasikan, litakuuna kalimatulladziina kafaru sulfa wa kalimatullahi hiyal ‘ulya. Ini penting untuk selalu diingatkan dan dicamkan. Apalagi di masa-masa musyarokah (partisipasi politik) ini.

Jangan merasa sukses menjadi pemimpin  Pemda itu ukurannya sekedar telah membangun sekolah sekian, madrasah sekian, kesejahteraan, pertanian subur; sementara hidayah tercecer. Makanya keterpaduan langkah-langkah yang sifatnya tarfih (kesejahteraan), atau tatsqif (mencerdaskan bangsa) harus sejajar dengan upaya-upaya mendekatkan orang pada hidayah Allah. Harus begitu.
Ini saya ingatkan karena ketika kita di masyarakat dituntut di sektor kesejahteraan, di sektor kebijakan, di sektor pendidikan, di sektor kesehatan; maka harus secara menyatu terpadu dengan nasyrul hidayah (menyebarkan petunjuk Islam), nayrul fikrah (menyebarkan gagasan Islam), wa nasyrul harakah (penyebaran gerakan dakwah). Agar mereka akhirnya bergerak bersama-sama li I’lai kalimatillah.