Salah seorang presenter, host dan wartawan terkenal,
tajam dan cerdas, NAJWA SHIHAB, lewat acaranya MATA NAJWA, berhasil melakukan
wawancara eksklusif dengan Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq di Rutan Guntur. Berikut petikan wawancaranya.
Najwa : Bagaimana kabarnya pak?
LHI : Alhamdulillah baik, seperti yg anda lihat.
Najwa : Sepertinya bapak tetap ceria, tersenyum
layaknya tak terjadi apa2.
LHI : Memangnya apa yg terjadi mbak? Oh iya, baru
ingat. Saya kan tahanan KPK, hehe.
Najwa : Ha ha ha, padahal udah lebih sebulan lho
pak nginap disini. Apa tidak merasa tertekan secara batin?
LHI : Yaaa (sambil menghela nafas agak sedang),
sebagai manusia biasa tentu saya merasa sedikit terkungkung, tidak bebas. Namun
sebagai seorang da’i, bagi saya, penjara ini hanyalah medan dakwah baru. Disini
justru banyak orang yang mendambakan taushiah dan juga bimbingan, termasuk imam
kala shalat berjama’ah. Jadi,,, mmmm ya, anggap saja bertemu dgn mad’u dan
calon2 kader dakwah baru.
Najwa : [sambil mengerutkan kening], maksud bapak
tadi madu??
LHI : hehe, mad’u, bukan madu, meskipun hakikatnya
bisa sama. Bertemu mad’u itu ibarat meminum madu, selain membawa manfaat dan
obat, juga bagian dari sunnah Nabi. Itulah yg kami pelajari di PKS. Mbak, apa bapaknya
gak pernah ngajarin??
Najwa : ooh, iya, mmm, itu ya pak. Kayaknya pernah
sih, tapi, bapak kan tahu gimana lingkungan kerja saya di Metro TV.
LHI : ooh gitu, makanya mbak, warnailah lingkungan
mbak, jangan dibalik-balik.
Najwa : hehe, betul pak. Tapi maaf ya pak, ini kan
saya yg mau wawancara, kok malah bapak yg terus nasehatin saya.
LHI : yaa, itu refleks saja mbak. Udah terbiasa
nasehat menasehati. Maaf kalau tersinggung ya.
Najwa : gak apa2 pak… Sepertinya bapak juga tidak
sedih ya?
LHI : untuk apa bersedih, selama kita tetap beriman
kepada Allah dan istiqamah, kita justru patut bergembira mbak, orang beriman
itu posisinya tinggi, mulia, betapapun manusia ingin menghinakannya. Kalo ada
fitnah, tuduhan, hujatan bahkan pujian sekalipun, itu hanya perspektif manusia,
toh yang paling tahu dan memahami kita adalah Sang Pencipta. Jadi, yaa, kata
kuncinya selalu mendekatkan diri pada-Nya dalam keadaan apapun.
Najwa : Para pemirsa, Ustadz LHI telah mengajarkan
kita bagaimana menyikapi segala hal yang menimpa diri secara positif, mengambil
sisi baiknya. Baik, kita jedah sejenak.
[IKLAN kurang lebih 3 menit]
Najwa : kita kembali lagi dgn Ustadz LHI. Pak,
bagaimana perkembangan kasus dugaan suap yang bapak alami, dari rentetan
pemeriksaan yang telah dilakukan penyidik KPK.
LHI : sebenarnya, yang mesti menjawab hal ini
adalah penasehat hukum saya. Tapi gak apa2lah, saya kabarkan saja sepanjang
pengetahuan saya. Tapi tolong pertanyaannya tidak umum begini, mohon lebih
spesifik.
Najwa : Pak LHI, anda kan terjerat operasi tangkap
tangan KPK pada selasa malam di hotel Le Meridien bersama Ahmad Fathonah dan
gadis manis bernama Maharani?
LHI : saya kurang tahu mbak ya, tapi yg pasti saya
dijemput KPK pada Rabu malamnya saat rapat di DPP PKS tanpa pemberitahuan awal
[pemanggilan atau penangkapan], termasuk kejelasan status saya saat itu. Yg
mbak tanyakan itu saya tidak paham, apalagi barang bukti 1M untuk saya, plus
gadis lagi.
Najwa : jadi, bapak merasa dijebak?
LHI : sampai sekarang, saya belum bisa memahami,
persoalan apa yang dituduhkan ke saya. Coba mbak tanyakan ke KPK saja, kan
mereka yang menangkap dan memiliki 2 alat bukti (katanya) untuk kasus ini.
Kalau merasa dijebak, saya biasa saja. Saya menganggap hidup saya berjalan apa
adanya. KPK menuduh saya begitu, yaa silahkan dibuktikan. Sebagai warga negara,
saya akan patuh. Semua kita kan sama didepan hukum mbak, meski waktu itu saya
seorang presiden (PKS).
Najwa : apakah bapak merasakan keganjilan dalam
proses ini??
LHI : ganjil atau genap, toh semuanya sudah
berjalan, kita tunggu saja endingnya. Bagi saya, semakin cepat semakin baik,
biar PKS juga tidak tersandera dengan kasus ini. Kan mbak lihat, sehari setelah
saya ditangkap, saya langsung mundur dari posisi sebagai Presiden.
Najwa : bapak tidak berniat mempra-peradilankan
KPK?
LHI : untuk apa mbak?? Bagi kami di PKS, kita itu
mesti terus mendukung KPK dalam pemberantasan korupsi, kita banyak berharap ke
KPK dibanding institusi lain. KPK itu tangan dan semangat PKS untuk membangun
Negara yang BERSIH. Ketika seorang nelayan menangkap ikan dilaut, bisa jadi itu
akan merusak terumbu karang yg indah. Jadi, supaya tidak ada efek samping,
nasehati saja nelayannya agar hati-hati, jangan disuruh berhenti nangkap ikan,
padahal itu udah kerjaannya. Pesankan juga kepada nelayan, jenis alat
tangkapnya mesti adaptif, jangan monoton. Apalagi sengaja menjauh dari
gerombolan ikan2 besar, lalu kemudian merusak terumbu yang mempesona mata itu
[mungkin nelayannya perlu belajar kode etik, atau semacam timwas etika nelayan].
Najwa : analoginya agak membingungkan pak. Bukankah
KPK sendiri via Johan Budi telah menyatakan bahwa jika bapak atau PKS merasa
dizhalimi, silah ajukan pra-peradilan?
LHI : mbak, kami ini bukan kelompok orang yang
mudah diprovokasi. Coba mbak bayangkan, jika kami mengajukan pra-peradilan dan
lalu kalah, berapa energi kami terbuang dan akibatnya kian melemahkan kader.
Jika menang, justru kami melemahkan KPK, dan itu melanggar dukungan dan
kecintaan kami selama ini ke KPK. Alhasil, kalah jadi abu, menang jadi arang,
para koruptor semakin loncat kegirangan. Anggap saja ini sebagai peluru nyasar.
Mbak kok kelihatannya makin bingung ya??
Najwa : eeh, ya, mmm, iya pak. Saya agak bingung
mengikuti logika berpikir bapak dan PKS. Saya terlihat seperti orang bodoh
saja,,, maaf pak kalau saya sudah jujur.
LHI : hehe, gak usah merasa begitu meskipun itu
benar… blank… apa lagi ya mbak?
Najwa : baiklah, mmm, kita beralih sedikit pak.
Seberapa dekat atau kenal bapak dengan tersangka Ahmad Fathonah?
LHI : begini mbak, bagi kami di PKS, siapapun itu
adalah potensi bagi dakwah, dan itu jati diri kami sebagai partai dakwah.
Saudara AF ini memang saya kenal dan bahkan bertemu dibeberapa tempat, dan
menurut saya, itu hal yang biasa kan. Apalagi saya pernah sealmamater dengan
Saudara AF ini. Tapi kalau metro memberitakan bahwa AF adalah sespri atau orang
dekat saya, itu perlu klarifikasi. Ceritanya dari mana. Analoginya begini mbak,
….
Tiba-tiba, aliran listrik di rutan Guntur terputus,
sehingga wawancara berhenti dan akan dilanjutkan untuk waktu yang belum
ditentukan. [IKLAN menyusul]
Setelah aliran listrik di rutan Guntur hidup
kembali pasca terputusnya wawancara segmen pertama, Najwa Shihab kembali
mewawancarai Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dengan pertanyaan yang lebih tajam dan
menukik.
Najwa: saya kembali ingin menanyakan seberapa dekat
bapak dengan AF?
LHI: saya kenal dengan AF, pernah jumpa dibeberapa
tempat, tapi dia bukan sespri atau teman dekat saya, juga bukan kader PKS.
Sebagai orang publik dan presiden sebuah partai dakwah, saya mesti dekat dengan
siapapun, meski tidak berarti membaur atau bahkan sejenis. Kalo mbak Najwa
pernah mewawancarai seorang pecandu atau koruptor sambil senyam-senyum, ketawa
ketiwi, lantas kemudian saya menilai bahwa mbak pro-narkotik atau pro-koruptor,
apakah itu adil?? Nabi pernah bahkan selama hidupnya memberi makan seorang
Yahudi buta, apakah kemudian kita menilai bahwa Nabi beragama Yahudi atau
pro-israel?? Terlalu dini bahkan bisa tidak mungkin. Sedangkan biji salak saja
yang selalu seiya-sekata dgn daging salak, rasanya bisa beda, kan?? Yg satu
dimakan, yg lain dibuang. Hehe, udah mulai paham ya mbak??
Najwa: entahlah pak ya,,, saya semakin merasa bodoh
saja. Oklah, gini pak. Jadi, AF itu berarti sok kenal sok dekat, gitu pak??
LHI: mungkin sudah alamnya begitu, ibarat buah
salak tadi, sunnatullah. Kalau niat AF sih saya tidak tahu mbak, yg jelas saya
selalu husnuz-zhan, berbaik sangka.
Najwa: baik pak, kemudian uang yang 1 M itu,
katanya akan diberikan ke bapak sebagai suap, agar bapak bisa mempengaruhi
Mentan [Pak Suswono] untuk mendapatkan porsi kuota impor lebih besar?
LHI: itu pertanyaan ke saudara AF, bukan ke saya
mbak. Kalaupun ada niatan begitu, apakah mbak percaya saya akan menerimanya??
Najwa: yaa gak tahu pak,.. bisa ya bisa tidak. Tapi
katanya KPK sudah mengantongi bukti rekaman percakapan bapak dengan Mentan??
LHI: tanyakan saja ke KPK, toh KPK sudah diberi
kewenangan untuk menyadap percakapan siapa saja, kecuali nyadap karet kali ya
mbak. Hehe
Najwa: haha, bapak lucu juga. Tapi memang,
belakangan kami dengar dari media lain bahwa KPK melalui pak Abraham Samad
telah membantah keberadaan rekaman itu??
LHI: yaa, kita gak tahu juga mbak. Kan saya
dipenjara, mungkin penasehat hukum saya lebih tahu. Bagi saya, semua kerja KPK
kita hargai yg penting niatnya baik.
Najwa: kalau rekaman itu ternyata tidak ada, dan
justru hanya fitnah belaka, apa yang akan bapak lakukan??
LHI: mbak, saya memahami fitnah itu sebagai ujian
saja. Jangankan kita, isteri Nabi sendiri (Aisyah r.anha) juga tidak luput dari
fitnah, malahan lebih kejam lagi. Sampai-sampai Rasulullah SAW mesti menunggu
kurang lebih 1 bulan hingga turun firman Tuhan yg menjelaskan fitnah atas
Aisyah itu. Jadi, jangankan kita, Nabi saja mesti menunggu firman dulu baru
lepas pikiran dan hatinya sama sekali dari efek fitnah. Apalagi masyarakat kita
yang sepertinya sudah jadi watak, selalu berprasangka buruk bukannya
berprasangka baik. Mudah2an semua ini cepat berlalu dan Allah menunjukkan
keMaha-AdilanNya.
Najwa: jadi terharu saya pak… Pemirsa, Ustadz LHI
mengingatkan kita untuk selalu berprasangka baik. Sepertinya, prasangka itu
tergantung hati kita, bila ia baik dan hidup, maka yang lahir adalah prasangka
baik, begitupun sebaliknya. Kita jeda sejenak pemirsa.
[Iklan sekitar 3 menit].
Najwa: kembali kita mengungkap fakta dibalik
cerita, lewat tajamnya mata, di MATA NAJWA. Pak LHI, bagaimana pandangan bapak
perihal komisioner KPK dan kerjanya sebagai sebuah lembaga penegak hukum??
LHI: mana yg mesti saya jawab dulu mbak??
Najwa: komisionernya dulu dech…
LHI: saya tidak dalam kapasitas menilai
orang-per-orang, yang jelas mereka dipilih oleh wakil rakyat di DPR, tentunya
dengan pertimbangan baik-buruk. Kita tetap husnuz-zhan, mereka orang-orang
pilihan.
Najwa: tidak hanya dulu, akhir-akhir ini, KPK
sering dinilai kurang kompak, ada persaingan diinternal dan antar-penegak
hukum. Bagaimana pendapat bapak??
LHI: saya gak banyak komentar ya mbak, meskipun
saya tidak terkejut juga. Biasalah, kita maklumi saja.
Najwa: kalau KPK secara lembaga, bagaimana??
LHI: harapan terbesar kita pada upaya penegakan
hukum tetap pada KPK, meski tetap perlu memperbaiki dan memberdayakan
kepolisian dan kejaksaan. Mereka ini harus sinergi, kolaboratif dan produktif.
Jangan saling bersaing mendapatkan kasus atau terlalu sering hadir
diacara-acara publik, khususnya entertainment. Jadi, bekerjalah efisien dan
efektif karena kejahatan khususnya korupsi masih sangat merajalela. Ini musuh
bersama kita.
Najwa: bapak tetap berprasangka baik pada KPK ya??
LHI: harus itu, kalau tidak siapa lagi??
Sebagaimana saya sangat yakin bahwa kami di PKS sangat benci dengan korupsi,
jangankan mengambil uang rakyat, menghambur-hamburkan uang kita sendiri saja
sudah suatu bentuk pembangkangan terhadap firman Ilahi.
Najwa: bapak tidak dendam??
LHI: he he… biarlah saya menjalani pemeriksaan
kasus yang menimpa saya ini selanjutnya, mohon doa semoga Allah SWT menunjukkan
kekuasaan dan keadilanNya.
Najwa: ….
Tiba-tiba sepasang kaki mungil bertengger
diwajahku. Aku pun terbangun lalu meluruskan badan Hafiy yang miring dengan
kepala tanpa bantal. Sambil mengusap wajahnya yang berseri, saya melihat jam
dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Alhamdulillahilladzi
ahyana ba’da ma amaatana wailahinnusyur… Ku segera menuju kamar kecil seraya
mengingat-ingat bunga tidur yang baru saja gugur dari kelopaknya… Hmmmm, apa
yang sedang kupikirkan….
Hasbunallah wa ni’mal wakiil.
(ANWAR MUHAMMAD, KOMPASIANA, 09 MARET 2013)