Kamis, 14 Februari 2013

Ulama Berpolitik: Why Not? Or No Way!

parlemen2 

Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum. Wr.Wb. Pak ust, saya pernah baca dalam Siyasah Syar’iyah (politik yang berlandaskan syariat), bahwa yang layak terjun ke dalam dunia politik dan menjadi umara (para pemimpin) adalah para ulama, bukan orang yang awam tehadap agama? (dari 081345228xxx)

Jawab:
Wa ‘Alaikum Salam Wr Wb. Bismillahirrahmanirahim.
Ya, seharusnya demikian. Dalam urusan politik dan manajemen kenegaraan harusnya diserahkan kepada ahli ilmu (ulama) sebagaimana pada awal-awal Islam. Dahulu, para Khalufa’ur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman  dan Ali), selain seorang pemimpin mereka juga adalah ulama di kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Umar bin Abdul Aziz, seorang mujtahid, dan pembaharu abad pertama dalam Islam. Dia juga seorang khalifah.

Namun, zaman telah berubah, ketika semangat keberagamaan melemah, otomatis politik yang diterapkan saat ini bukanlah siyasah syar’iyah (politik yang sesuai syariat). Melainkan politik kepentingan, politik Machiavelli yang tubarritul washilah (menghalalkan segala cara) untuk melanggengkan kekuasaan.

Para politisi zaman ini umumnya bukanlah orang yang faham agama, baik pokok dan cabangnya. Mereka umumnya adalah para Ar Ruwaibidhah yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam bersabda: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kedustaan, saat itu pendusta dipercaya, sementara orang jujur malah didustakan, saat itu para pengkhianat diberi amanah, sedangkan orang yang menjaga amanah justru dikhianati , dan saat itu para Ar Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya: “Apakah Ar Ruwaibidhah itu?” Rasulullah menjawab: “Seseorang yang bodoh tapi sok mengurus urusan orang banyak.”[1]

Justru anehnya, ketika ulama ingin terjun dalam dunia politik, -selain memang politik adalah salah satu sisi yang diatur oleh Islam-,  mereka ingin mencoba menerapkan moralitas politik berbasiskan syariat. Namun, justru mereka dicela, dituduh menjual agama, meninggalkan ‘kandang’ (maksudnya harusnya mereka mengurus permasalahan pesantren saja). Padahal dibalik celaan itu, orang-orang itu takut kalau-kalau kezaliman mereka dibongkar oleh para ulama. Namun demikian, politik saat ini merupakan ranah yang amat berbahaya buat orang shalih dan alim. Mereka bisa berubah lantaran godaan dunia yang sangat terbuka ketika masuk ke gelanggang politik. Ini juga barangkali kekhawatiran sebagian orang jika ulama masuk ke dunia yang penuh getah seperti politik.

Dalam institusi Daulah Islamiyah yang establish, ada yang dinamakan Ahlul Halli wal Aqdi (semacam parlemen). Orang-orang yang layak mendudukinya adalah harus alim, ahli ijtihad, taqwa, dan berwibawa. Demikianlah karakter ahlusy syura yang dipilih oleh Khalifah Umar pada akhir masa jabatannya. Artinya, keulamaan seseorang sangat menentukan layak tidaknya dia dimasukkan ke dalamnya.
Apa Kata Al Quran?
Allah Ta’ala berfirman:“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan ulil Amri di antara kalian..” (QS. An Nisa (4): 59)
Siapakah Ulil Amri yang dimaksud oleh ayat ini? Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan: “Berkata Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas: “Dan Ulil Amri di antara kalian” artinya ahli fiqih dan agama. Begitu pula menurut Mujahid, Atha’, Hasan Al Bashri, dan Abu al ‘Aliyah: “Dan Ulil Amri di antara kalian” artinya ulama.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/345. Darun Nasyr wat Tauzi’)
Sedangkan Imam Ibnu Katsir sendiri mengartikan ulil amri adalah umara (para pemimpin) dan ulama. Berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim berikut:
من أطاعني فقد أطاع الله، ومن عصاني فقد عصا الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني، ومن عصا أميري فقد عصانى
“Barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia telah taat kepada Allah, barangsiapa yang membangkang kepadaku maka dia telah membangkang kepada Allah, barangsiapa yang mentaati amir (pemimpin)ku, maka dia taat kepadaku, dan barangsiapa yang membangkang kepada pemimpinku maka dia telah membangkang kepadaku.”
Demikianlah makna ulil amri. Para ulama salaf mengartikan ulama, ahli agama, dan ahi fiqih. Merekalah yang dahulu memainkan peran dalam sistem perpolitikan Islam pada masa’masa awal.
Apa kata hadits?
Dalam berbagai artikel sudah kami sampaikan bahwa politk adalah warisan kenabian. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاء
“Adalah Bani Israel bahwa mereka disiyasahkan (diatur, dipimpin, diperintah) oleh para nabi.”   (HR. Bukhari No. 3268 dan Muslim No.1842)
Jadi politik (siyasah) adalah warisan kenabian, karena dahulu para nabi telah mensiyasahkan Bani Israil. Bukan orang awam yang mengatur dan memerintahkan mereka, tetapi para nabi ‘Alaihim As Shalatu was Salam. Maka, para ulama sebagai warasatul anbiya, sebenarnya lebih layak berpolitik. Tetapi, kondisi saat ini adalah kondisi penuh fitnah,  sekulerisme yang lebih kuat, kondisi di mana umat Islam tidak lagi percaya dengan ulama, suka meledek ulama. Mereka baru bertanya kepada ulama ketika ada urusan wanita haid, nifas, dan penentuan awal ramadhan dan akhirnya.  Tetapi urusan kenegaraan, urusan politik, urusan hukum, urusan hudud, urusan hubungan antara negara, dan urusan  besar lainnya. Ulama ? No Way!!
Ada juga kelompok yang mengaku pejuang da’wah Islam yang amat antipati pada politik. Anehnya meraka merasa sangat ‘Islami’ dengan sikapnya itu, padahal  sikap tersebut berawal dari pemahaman yang kurang utuh dan kajian yang kurang mendalam terhadap agama.
Dalam Islam, ahli agama bukanlah rohaniawan yang hanya mengurus rohani, itulah ruhbaniyah, itulah nasrani. Dalam Islam, sebagai agama yang syumul (lengkap), ahli agama adalah mengatur banyak hal aspek kehidupan umatnya, oleh karena itu dia disebut ‘ulama.’ Bukan rohaniawan.
Wallahu A’lam

oleh : Ust Farid Nu'man


 


[1] (HR. Ibnu Majah No. 4038, dan lafal hadits ini adalah berdasarkan riwayat Ibnu Majah. Ahmad No. 7571. Ath Thabarani, Mu’jam Al Kabir, No. 14550. Abu Ya’la No. 3615. Al Hakim, Mustadrak ‘Alas Shahihain No. 8439. Katanya: Shahih sanadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnya jayyid. (Fathul Bari, 13/84). Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1887, juga Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 4038)


Jama’ah Kita adalah Kumpulan Manusia

pks 

Jamaah kita adalah kumpulan manusia. Bukan kumpulan malaikat yang tidak pernah berdosa, juga bukan kumpulan syetan yang selalu melakukan dosa.
Tidak ada manusia yang sempurna, selain Rasulullah saw. Kesalahan sangat mungkin dilakukan oleh anggota jamaah, bahkan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh para pimpinannya. Oleh karena itu, setiap anggota tidak sepatutnya mengaitkan komitmennya dengan ketaatan atau kekeliruan seseorang, siapa pun dia. Juga tidak menjadikan kesalahan seseorang sebagai peluang untuk melakukan kesalahan yang lain; seperti menggujing, menghina, mencaci maki, menyebarkan aib saudara, mencari-cari kesalahan, dan sejeninya. Bahkan seharusnya dikembangkan budaya menasihati dan mencarikan undzur untuk saudaranya yang bersalah, bukan mencaci dan menghakimi.
Kehidupan para shahabat di masa Rasulullah saw. adalah teladan kita; mereka (para shahabat) adalah kumpulan manusia, yang tidak terlepas dari salah. Contohnya Hatib bin Abi Balta’ah ra.
Pada awal Bulan Ramadlan tahun ke delapan Hijriah, Rasulullah saw. melakukan beberapa manuver untuk merahasiakan rencana pembebsan Makkah dan memberi kesan pada publik bahwa beliau tidak mengerahkan pasukan ke Makkah. Di samping itu, beliau juga berdoa kepada Allah swt. agar merahasiakan rencana tersebut, sebagaimana disebutkan dalam Tarikh Ath-Thabari,
اللّهُمَّ خُذِ الْعُيُوْنَ وَاْلأَخْبَارَ عَنْ قُرَيْشٍ حَتَّى نَبْغَتُهَا فِي بِلاَدِهَا
“Ya Allah, peganglah mata-mata dan berita-berita agar tidak sampai ke Quraisy, sehingga kami dapat menyerangnya secara tiba-tiba di negaranya.”
Sementara itu, ada seorang shahabat Muhajirin, Hatib bin Abi Balta’ah menulis surat untuk tokoh-tokoh Quraisy. Dalam suratnya, Hatib mengabarkan rencana keberangkatan Rasulullah saw. menuju Makkah untuk melakukan serangan mendadak. Surat tersebut dititipkan pada seorang wanita dengan upah tertentu dan langsung disimpan di gelungan rambutnya. Namun, Allah swt. Dzat Yang Maha Melihat mewahyukan kepada Nabi-Nya tentang apa yang dilakukan Hatib.
Beliau pun mengutus Ali bin Abi Thalib ra., Miqdad bin Aswad ra., Zubair bin Awwam ra., dan Abu Murtsid Al-Ghanawi ra. untuk mengejar wanita yang membawa surat tersebut. Beliau memberi intruksi kepada mereka, “Segeralah kalian berangkat hingga kalian sampai di Raudlah Khakh sebab disana ada seorang wanita membawa surat untuk orang-orang quraisy.”
Setelah Ali berhasil menyusul wanita tersebut, beliau langsung meminta suratnya. Namun, wanita itu berbohong dan mengatakan bahwa dirinya tidak membawa surat apapun. Ali memeriksa hewan tunggangannya, namun tidak mendapatkan apa yang dicari. Maka Ali ra. berkata,
“Aku bersumpah demi Allah, Rasulullah saw. tidak bohong. Demi Allah, engkau keluarkan surat itu atau kami akan menelanjangimu.”
Setelah tahu kesungguhan Ali ra., wanita itupun menyerahkan suratnya kepada Ali ra.
Sesampainya di Madinah, Ali ra. langsung menyerahkan surat tersebut kepada Rasulullah saw. Dalam surat tersebut tertulis nama Hatib bin Abi Balta’ah. Dengan bijak Rasulullah saw. menanyakan alasan Hatib, lalu ia menjawab,
“Jangan terburu menuduhku wahai Rasulullah. Demi Allah, aku orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Aku tidak murtad dan tidak mengubah agamaku. Dulu aku adalah anak angkat di tengah Quraisy. Aku bukanlah apa-apa bagi mereka. Di sana aku memiliki istri dan anak. Sementara tidak ada kerabatku yang bisa melindungi mereka. Sementara orang-orang yang bersama Anda memiliki kerabat yang bisa melindungi mereka. Maka dengan jasa itu, aku berharap Allah swt. melindungi kerabatku di sana melalui mereka.”
Mengetahui berita trsebut, Umar bin Khattab ra. mengeluarkan statement (baca menghakimi) bahwa Hatib adalah pengkhianat dan munafik,
“Wahai Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya, karena dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta bersikap munafik.”
Rasulullah saw. dengan bijak menjawab, “Sesungguhnya ia telah ikut perang Badr. Lalu apa yang engkau ketahui, wahaiUmar ? Sungguh Allah telah meilihat isi hati orang-orang yang ikut dalam perang badar, seraya berfirman, “Berbuatlah sekehendak kalian, karena Allah telah mengampuni kesalahan kalian.”
Umar pun kemudian menangis, sambil mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Kisah Hatib ra. ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu sebagai teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah….” (Al Mumtahanah: 1)
Riawayat tersebut memberikan beberapa pelajaran, antara lain:
  1. Tidak ada manusia yang sempurna, selain Rasulullah saw. Bahkan shahabat yang ikut perang Badar pun, bisa melakukan kesalahan.
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap manusia itu bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang bertaubat.” (h.r. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, Hakim dan Baihaqi)
Hadits ini menegaskan bahwa tidak ada kesempurnaan pada manusia (kecuali para nabi), karena itu jangan menuntut manusia sempurna dalam segala hal, dan jangan menghilangkan kecintaan pada saudara karena kesalahan yang dilakukannya, terutama jika ia mau mengakui kesalahan dan bertaubat kepada Allah swt.
Orang yang selalu menuntut saudaranya harus sempurna (perfeksionis) akan kehabisan energi, mudah kecewa, mudah putus asa, gampang menghakimi, dan gemar mengkritik, yang pada akhirnya akan terpuruk saat ia juga melakukan kesalahan.

  1. Tidak sepatutnya kita tergesa-gesa menghakimi saudara kita, meski kita mendapatkan bukti-bukti kongkrit, karena boleh jadi bukti yang kita kumpulkan belum cukup untuk menghukumi saudara kita.
Meski Umar bin Khathab telah mengantongi tiga fakta; Hatib telah menulis surat, Hatib telah menyewa perempuan untuk mengirim surat, dan Hatib telah mengakui sendiri. Namun fakta tersebut belum cukup untuk menghukumi Hatib dengan pernyataan, “Wahai Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya, karena dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta bersikap munafik.”
Oleh karena itu Rasulullah saw. mengingatkan Umar bin Khathab ra. dengan tiga hal lain yang harus menjadi pertimbangan, yaitu; bahwa Hatib ikut dalam perang Badr, bahwa Allah swt. mengampuni dosa para shahabat yang ikut perang Badr, dan alasan Hatib menulis surat tersebut.
Apabila dengan tiga fakta yang kuat tidak diperkenankan menghakimi orang, maka apalagi menghakimi saudara tanpa didasarkan pada fakta, hanya sekedar isu atau berita dari media. Apalagi kalau sudara yang dihakimi itu adalah para pimpinan dakwah yang telah dikenal kebaikan dan jasanya???
  1. Kesalahan yang telah terbukti tetap harus ditegur dan diproses secara struktural oleh pihak-pihak yang berwenang, namun tidak menjadi bahan pembicaraan di kalangan anggota. Tidak ada maslahatnya memperbincangkan kesalahan saudara kita, kecuali menambah dosa dan mencemarkan saudara. Juga tidak ada gunanya menghakimi saudara kita, kecuali akan menumbuh suburkan sikap kebencian, menebarkan kecurigaan dan prasangka, membudayakan sikap tajassus (mencari-cari kesalahan saudara) dan sikap-sikap lainnya yang mengantar pada permusuhan serta perpecahan.
Sangat tepat kalau kita membaca kembali karya Mursyid kedua Ikhwanul Muslimun (Ustadz Hasan Hudlaibi rahimahullah), Nahnu du’at laa qudloot (Kami para da’i bukan para hakim).
Dan, sangat tepat kalau kita merenungkan dan men-tadabbur-i kembali firman Allah swt.,
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.  Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.  Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 10 – 13)
Juga sabda Rasulullah saw.,
لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Janganlah saling mendengki, saling mencari-cari kesalahan, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah sebagian menjual di atas jualan sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah swt. yang bersaudara. Muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya celaka, dan meremehkannya. Taqwa itu ada di sini –beliau mengisyaratkan pada dadanya- sebanyak tiga kali. Cukuplah keburukan seseorang yang meremehkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim itu diharamkan darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim yang lain.” (h.r. Muslim dari Abu Hurairah ra.)

Oleh: Abu Fayadl

PBNU: Aher Cagub yang Paling Pintar Ilmu Agamanya

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan silaturahim dengan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, Sekretaris Jenderal PBNU KH. Marsudi Syuhud, serta pengurus inti PBNU lainnya, di Jakarta, 28 Januari 2013. (Facebook)

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menggelar silaturrahim dengan jajaran ketua tanfidziah Nahdatul Ulama di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (28/1).
Dalam silaturrahimnya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mendoakan Ahmad Heryawan yang kembali mencalonkan diri sebagai calon gubernur Jawa Barat 2013-2018.

Kiai Said memuji sosok Heryawan yang memiliki kefahaman ilmu agama yang lebih dibanding calon gubernur lainnya. “Pak Heryawan ini calon gubernur yang paling alim, paling pintar ilmu agamanya,” ungkap Kiai Said. Heryawan pun dipuji Kiai Said sebagai sosok yang dekat dengan kalangan santri.

Heryawan mengunjungi PBNU dengan maksud silaturrahim dan meminta doa kepada para ulama. Dalam kesempatan itu Kiai Said memberikan buku rangkuman keputusan Batsul Masail hasil munas PBNU di Cirebon beberapa waktu lalu.

“Ini seperti kamus pak Heryawan, semua masalah keislaman ada di buku ini,” tutur Kiai Said.

dakwatuna



 

Anis Matta Akan Ungkap Konspirasi terhadap PKS


 Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta bersikukuh mengenai adanya konspirasi. Dalam konferensi pers di Denpasar, Selasa (12/2) malam, Bung Anis menjelaskan bahwa konspirasi itu tidak hanya berupaya untuk menjatuhkan PKS, tetapi mengancam masa depan bangsa ini secara menyeluruh.

"Saya anggap konspirasi ini sudah menjadi tren politik. Akan tetapi, saya tidak bisa menjelaskan secara detail siapa yang melakukan apa dan targetnya apa," tandas Bung Anis seperti dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (12/2).

Menyikapi banyaknya pertanyaan tentang konspirasi itu, Bung Anis mengatakan kemungkinan bahwa ia akan mengungkapnya pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.

"Mungkin nanti akan kami sampaikan pada perayaan 17 Agustus. Saat ini, konsentrasi kami adalah pembenahan spiritual pengurus dan kader di daerah," tambahnya.

Pembenahan spiritual yang dimaksudkan Bung Anis adalah program peningkatan amal bagi seluruh kader PKS, termasuk istighfar dan tilawah.

"Setiap pengurus dan kader kami ajak membaca delapan surah dalam Al-Qur'an, yakni Al Baqarah, Yaasin, As Shoffaat, Al Waqi`ah, Al Mulk, Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas," kata penulis buku Dari Gerakan ke Negara dan sejumlah buku lainnya itu.

Pembenahan spiritual bagi kader-kader PKS bertujuan menyempurnakan amal ibadah dan memohon ampun kepada Allah jika ada kesalahan yang mungkin tidak disadari. Partai Islam itu juga menyadari bahwa tidak ada kemenangan kecuali dari Allah, maka mendekat kepada Allah adalah keniscayaan.

bersamadakwah

MUI Minta PKS Kawal RUU Jaminan Produk Halal



Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap pemerintah tidak mengambil alih proses sertifikasi halal. Pemerintah sebaiknya berperan dalam melakukan sosialisasi hingga regulasi dan pengawasan.

Demikian diungkapkan Ketua MUI KH. Amidhan saat bersilaturahim dengan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI, Rabu (13/2) di Gedung DPR. Amidhan didampingi Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim dan jajarannya, diterima Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua DPR dari PKS, Sohibul Iman dan anggota Panja RUU Jaminan Produk Halal (JPH), Nasir Djamil.

Amidhan mengungkapkan, kedatangannya dalam rangka meminta dukungan Fraksi PKS untuk mengawal RUU JPH dengan menjadikan MUI sebagai pihak yang diberikan kewenangan untuk melakukan proses sertifikasi halal.

“PKS jadi tumpuan harapan kami dalam memperjuangkan kehalalan produk yang dikonsumsi umat. PKS ini partai kader yang sebenarnya, dan sudah teruji konsistensinya. Alhamdulillah PKS luar biasa, mampu menyelesaikan masalah. Mampu mengubah musibah menjadi berkah. Ada musibah justru makin solid,” puji Amidhan.

Amidhan menambahkan, RUU JPH sebaiknya tidak memberi peluang kepada pemerintah untuk menerima pendaftaran permohonan sertifikasi halal. Menurutnya, sebaiknya peran pemerintah adalah pasca sertifikasi dilakukan oleh MUI.

“MUI dengan LPPOM sudah melangkah jauh. Proses permohonan sertifikasi halal sudah bisa online. Pemohon tinggal isi formulir online, lalu LPPOM MUI mengirim auditor,” tutur Amidhan.

Menanggapi Amidhan, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menegaskan, sikap PKS sudah jelas untuk mendukung kewenangan sertifikasi halal tetap ada di MUI.

“PKS sudah firm, kewenangan fatwa halal-haram itu ada di MUI. Pemerintah cukup menindaklanjuti dengan sosialisasi, pengawasan, regulasi dan lain-lain,” tandas Hidayat.

Untuk itu, Hidayat meminta MUI juga berkomunikasi dengan fraksi-fraksi lain agar mendukung upaya meloloskan RUU JPH dengan menjadikan MUI sebagai pihak yang diberikan kewenangan untuk melakukan proses sertifikasi halal. 

Fraksi PKS DPR RI

Orasi Anis Matta Bikin Ibrahim Gabung PKS



PKS Nongsa - Sebuah motor Yamaha berwarna merah parkir di depan Kantor PKS Batam. Tak lama berselang sang pengendara langsung masuk ke kantor partai dakwah ini dengan ucapan salam yang lirih. Setelah dipersilahkan duduk, pria berbadan tegap dan gelap itu mengutarakan keinginananya untuk bergabung dengan PKS.
“Pak, salat saya belum sempurna (lima waktu-red), boleh tidak saya gabung dengan PKS,” itulah ungkapan pertama yang keluar dari lisan Abdul Rohim Oang, pria asal Alor, Nusa Tenggara Timur yang sudah menetap lebih dari sepuluh tahun di Batam, Kamis (14/2/2012).
Ia bercerita, dirinya memang belum rutin salat lima waktu dan apalagi mengaji. Namun ia tersadar bahwa hidup tak akan lama, untuk itu sebagai kepala rumah tangga harus lebih baik. Apalagi kini ia sudah memiliki dua anak yang harus dididik dengan bagus.
Baginya aktivitas dan pengajian di PKS diyakininya menjadi salah satu jembatan untuk lebih mengenal Allah dan taat beribadah kepada-Nya. Alasannya PKS tidak saja partai politik, namun nuansa dakwahnya juga kental.
“Saya ingin lebih baik dan saya percaya PKS (insya Allah) bisa buat saya semakin baik,” ujarnya.
Ibrahim Oang (demikian ia disebut di kalangan kawan-kawannya) juga belum paham benar, kenapa ia senang sekali mengikuti pemberitaan seputar PKS. Ia mengaku sering menyimak pidato Anis Matta di youtube. Ia menilai orasi yang penuh semangat menjadikannya semakin mantap untuk mendaftar sebagai anggota PKS.
Berita yang menyangkut LHI juga ia ikuti. Bagi pria yang bekerja sebagai debt collector dan juga chief security di salah satu perusahaan ini, kasus menimpa LHI harus dikedepankan azaz praduga tak bersalah. Namun ia meyakini adanya motif lain dari penangkapan LHI oleh KPK.
Saat berpamitan, Ibrahim mengaku bersyukur (akhirnya) bisa mengutarakan keinginannya untuk menjadi anggota PKS. Ia pun berjanji akan aktif mengikuti kegiatan PKS. Tidak itu saja, ia akan mengajak kerabatnya untuk memilih PKS di setiap iven politik.
Selamat datang Ibrahim Oang, kami lebih bersyukur karena mendapat suntikan energi dari bapak. Semoga kami mampu menjawab harapan bapak.

Heboh !!....Wujud Asli Dajjal Terlihat Oleh Lelaki Ini

 

Sebuah Hadits menerangkan, bahwa pada suatu hari sehabis salat berjama’ah, Nabi Muhammad SAW menahan para Sahabat dan berkata sbb : “Tamim Dari, seorang Kristian yang memeluk Islam, ia menceritakan kepadaku tentang Dajjal, yang cocok dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kamu”. Lalu beliau menceritakan pengalaman Tamim Dari sbb :

“Pada suatu hari ia berlayar dengan beberapa orang dari kabilah Lakhm dan Judham. Setelah berlayar sebulan lamanya, mereka mendarat di sebuah pulau, dimana mereka berjumpa untuk pertama kali dengan seekor makhluk yang aneh, yang menamakan dirinya Jassassh (makna aslinya mata-mata). Jassasah
memberitahukan kepada mereka tentang seorang laki-laki yang tinggal dalam Gereja. Kemudian mereka mengunjungi orang itu dalam Gereja, yang nampak seperti raksasa, yang tangannya diikat pada lehernya, dan kakinya diikat dengan rantai, dari lutut hingga mata-kaki. Mereka bercakap-cakap dengan orang ini, yang tiba-tiba ia bertanya kepada mereka tentang Nabi SAW, dan ia mengakhiri percakapannya dengan ucapan: ‘Aku adalah Masihid Dajjal, dan aku berharap semoga aku segera dibebaskan, lalu aku dapat menjelajahi seluruh dunia, kecuali Makkah dan Madinah“.

Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa seluruh cerita ini bukanlah kejadian biasa, melainkan sebuah visiun (ru’yah). Adapun bukti bahwa kejadian itu terjadi dalam ru’yah ialah adanya kenyataan bahwa Dajjal bertanya kepada mereka sbb:
“Ceritakanlah kepadaku tentang Nabi bangsa Ummi (bangsa Arab), apakah yang ia kerjakan”.

Pertanyaan mereka dijawab sbb: “Beliau meninggalkan Makkah dan sampai di Madinah”. Dalam Hadits lain, Dajjal diriwayatkan bertanya sbb: “Orang ini yang muncul di antara kamu, apakah yang ia kerjakan?” (Kanzul-Ummal jilid VII, hal 2024).

Bagaimana mungkin Dajjal tahu bahwa Nabi bangsa Arab telah muncul? Apakah Dajjal telah menerima wahyu? Sudah barang tentu tidak. Dan pula tak mungkin bahwa ini adalah perkara tekaan.

Kejadian-kejadian lain yang diceritakan dalam Hadits ini, semuanya menguatkan pendapat bahwa ini terjadi dalam ru’yah. Misalnya, siapakah yang mengikat tangan Dajjal pada lehernya? Siapakah yang mengikat kakinya dengan rantai? Bolehkah kami mengira bahwa Dajjal dilahirkan dalam keadaan demikian? Mengapa jassasah tidak melepas rantai Dajjal? Segala persoalan yang rumit ini hanya dapat dipecahkan apabila kami menganggap ceritera ini berasal dari ru’yah Tamim Dari.

Segala sesuatu yang diketahui oleh Nabi Suci yang berhubungan dengan masalah ini juga berlandaskan ru’yah. Allah tak pernah membawa beliau ke sebuah pulau, dan menyuruh beliau melihat Dajjal dengan mata-kepala sendiri. Sebaliknya, hanya melalui ru’yah sajalah, beliau melihat sifat-sifat Dajjal. Beliau menyajikan ru’yah Tamim Dari ini, sekadar untuk memperkuat apa yang diketahui oleh beliau dalam ru’yah sebagaimana beliau menceritakan juga impian para Sahabat lainnya. Hadits ini memberi petunjuk kepada kita, di mana tempat-tinggal Dajjal :

1. Ia tinggal di sebuah pulau.
2. Letak pulau ini sejauh satu bulan pelayaran dari Syria.

Masih ada satu lagi yang orang dapat ketahui dari Hadits ini, yakni, bahwa pada zaman Nabi, Dajjal sudah ada, tetapi ia belum diizinkan keluar.
 
ZILZAAL.blogspot.com

Di jebak oleh kader PKS


 Pemberitaan tentang PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang kian membanjiri media massa maupun dunia maya membuat saya tertarik untuk membuat tulisan tentang partai bernama PKS ini. Sebuah partai yang menjadi sorotan dan bahan pembicaraan banyak politisi, pengkritisi maupun organisasi. Sebuah partai berlabel islam yang dikemas dengan kesan modern, tidak ketinggalan jaman dan dikenal memiliki ribuan kader tangguh, kreatif dan intelek.


Suatu hari aku yang pada waktu itu masih haus akan belajar tentang islam, maklum karena baru aja tobat dari dunia jahiliah, diajak oleh seorang teman untuk mengikuti pengajian yang diisi oleh Ustad Alam, S.Pd, seorang guru di salah satu SMP IT di Bengkulu. Sang ustad tidak terlihat seperti ustad- ustad lain yang sering kutemui sewaktu mengikuti kajian- kajian islam, tidak memakai sarung, dan kopiah, hanya membawa laptop, buku catatan kecil dan sebuah mushaf Al Qur’an. Sedikit berbeda dari kebanyakan ustad yang akan mengisi pengajian dengan atribut khususnya. Pengajian yang diadakan juga hanya diikuti oleh 7 orang saja. Kontan aku waktu itu mengira jangan- jangan ini aliran sesat yang sering dibilang orang kampung itu. Tapi aku berpikir positif saja, diselidiki dulu baru nanti disimpulkan apa sesat atau tidak.

Hari demi hari berganti, pengajian mingguan yang kami ikuti sudah lebih dari satu bulan. Tidak ada hal- hal yang mencurigakan yang kami alami, tidak ada penyimpangan yang terlihat, dan tidak ada amalan- amalan khusus yang wajib kami jalani sewaktu ikut pengajian dengan ustad Alam. Materi yang diberikan beliau seputar ilmu fikih, dunia islam, bahasa arab dan sebagainya, membuat aku menjadi heran, dari mana ustad ini belajar, padahal dia jurusan matematika lulusan Universitas Bengkulu. Kok bisa tahu banyak tentang agama, jadi ustad lagi. Akhirnya selidik demi selidik kami mengetahui bahwa ustad kami juga ikut pengajian seperti kami juga, dan banyak ikut pelatihan bahasa arab, fikih dan sebagainya. Beliau salah satu kader PKS kota Bengkulu, beliau aktif di PKS sudah 8 tahun lebih. Pribadi beliau yang sederhana, ramah, dan perhatian pada kami telah menghipnotis kami dan menjadikan kami cinta pada beliau. Sesekali kami minta beliau mengisi materi tentang politik, karena saat itu negeri ini sedang kacau dengan urusan politik dan skandal korupsi. Kami banyak mendapat pencerahan dari beliau dan banyak diceritakan kisah- kisah bagaimana perjalanan para kader PKS yang ada di DPR, MPR, maupun lembaga pemerintahan lain untuk memperjuangkan kebenaran.

Kami tidak pernah diajarkan untuk menjadi seorang pemberontak, penentang pemerintah, merasa benar sendiri ataupun memusuhi orang yang tidak sependapat dengan kami. Akan tetapi, kami diajarkan untuk menjadi orang yang taat beribadah, berani menyampaikan kebenaran, penyabar, bersikap santun, berguna bagi masyarakat, dapat melakukan perubahan moral masyarakat, memberikan pelayanan dan menjadi agent of change untuk Indonesia yang lebih maju. Itu yang selalu ditanamkan dalam diri kami. untuk itu kami dibekali dengan pemahaman islam yang benar, universal tidak parsial, damai tidak radikal, dan terbuka tidak eksklusif. Pengajian yang terkesanlebih modern sesuai dengan kemajuan zaman ini sangat menghipnotis kami sebagai para pemuda yang memiliki nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa ini.

Sudah 4 tahun lebih kami masih aktif mengikuti pengajian yang dilakukan oleh kader- kader PKS. Ketika orang bertanya apakah kami orang PKS, kami malu untuk menjawab dan mengaku kader PKS, karena kami takut nanti memperburuk citra PKS, kami kenal kader-kader PKS selalu menjaga sholatnya, aktif di masjid, suka menghapal Al Qur’an, selalu menjaga sholat sunnah dan sholat tahajudnya, sedangkan kami…masih sangat jauh dari itu. Kami takut dengan kami mengaku sebagai kader PKS, ketika kami salah mereka menghakimi PKS, bukan kesalahan kami atau kami sendiri. Untuk itu kami hanya mengaku sebagai simpatisan PKS.

Kami sudah dijebak oleh kader- kader PKS ke dalam telaga ilmu yang menghilangkan dahaga ilmu kami dan telaga kebaikan yang menjadikan kami semakin giat berlomba untuk berbakti kepada masyarakat dan terjebak dengan kegiatan- kegiatannya yang membuat kami semakin termotivasi untuk berprestasi, bekerja giat dan membanggakan bagi Indonesia ini. Andai saja kami tidak dijebak oleh kader- kader PKS yang ikhlas ini, mungkin kami tidak akan merasakan kenikmatan berbakti pada masyarakat, bangsa dan agama seperti sekarang ini. Mudah- mudahan lebih banyak lagi orang yang bisa dijebak oleh kader-kader PKS di jalan kebaikan ini. Salam cinta untuk PKS…!!

 Oleh : Apriza Hongko Putra

Kader DPRa Pondok Jagung Istiqomah membina pewaris negeri


Dalam Rangka membuktikan komitmen PKS sebagai partai dakwah, kader-kader PKS Ranting pondok jagung serpong utara sejak 1 tahun yang lalu melengkapi program pembinaan nya dengan membuat Kegiatan Belajar mengajar quran yang khusus untuk pemula (Iqro).

sebelumnya DPRa PKS pondok jagung juga telah membuat program pembinaan untuk segment remaja/i musholla dan masjid yang bisa dibilang cukup sukses dalam perjalananya, maka KBM kelas iqro ini pun di proyeksikan mampu menumbuh kembangkan kesadaran anak-anak muslim untuk mempelajari quran sejak dini.

sekretaris DPRa yang sekaligus menggawangi program pembinaan ummat di pondok jagung, Joko widikdo mengatakan bahwa program pembinaan semacam ini sangatlah diminati dan didukung oleh sebagian besar masyarakat. "alhamdulillah ,dari sejak dilaksanakannya program-program pembinaan ini masyarakat pada umumnya sangat mendukung dan merasa terbantu denganya.." ,demikian katanya.

kedepan nantinya DPRa ponja mentargetkan semoga disetiap rumah kader bisa dijadikan pusat pembinaan menuju masyarakat yang qurani.