Banyak orang bertanya-tanya, darimana PKS mendapatkan dana sehingga
partai Islam itu bisa terus beraktifitas sepanjang tahun. Setiap ada
bencana, PKS hampir selalu terlihat membantu dengan beragam layanan,
termasuk bantuan logistik. Pun dengan berbagai aktifitas layanan sosial
yang digelarnya, seakan tanpa peduli apakah pemilu sudah dekat atau
masih jauh.
Tidak hanya membantu korban banjir, longsor, gempa; kader-kader PKS juga
kerap terlihat di hampir seluruh kota dengan agenda bakti sosial. Ada
pengobatan gratis, sembako murah, advokasi, hingga konsultasi. Jika
dikalkulasi, program-program yang berjalan sepanjang tahun itu
membutuhkan dana yang sangat besar. Dari mana PKS mendapatkan semua dana
itu?
Uang Rakyat Hasil Korupsi?
Jika ada yang menduga PKS mendapatkan semua dana itu dari korupsi,
berarti ia telah berburuk sangka. Fakta historis menunjukkan, aktifitas
sosial PKS sudah dilakukan sejak ia masih bernama PK, sebelum mengikuti
pemilu dan sebelum memiliki anggota dewan maupun Kepala Daerah. Kedua,
data menunjukkan -biidznillah- sampai saat ini tidak ada Kepala Daerah
dan Anggota Legislatif PKS yang terjerat kasus korupsi. Alhamdulillah,
dari data Indonesia Corruoption Watch (ICW) Desember 2012 lalu, hanya
PKS dan Hanura –dari seluruh partai parlemen- yang kadernya tidak ada
tersangkut korupsi walaupun belakangan ada fitnah besar yang mengkaitkan mantan Presiden PKS Ust Lhutfi dengan kasus korupsi tetapi memang belum terbukti.
Dana Aleg dan Kepala Daerah
Jika orang-orang berpikir bahwa PKS dapat melakukan segala aktifitasnya
karena didanai oleh aleg dan kepala daerah dari PKS, hal itu tidak dapat
disalahkan. Tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Memang, aleg dan kepala
daerah PKS pasti ikut menyumbang. Tetapi ada dua hal yang perlu
disadari. Pertama, sumbangan dari aleg dan kepala daerah PKS tidak akan
mampu mengcover seluruh aktifitas sosial PKS.
Kedua, tidak semua kabupaten/kota memiliki anggota dewan dari PKS,
apalagi kepala daerah. Faktanya, kabupaten/kota tersebut juga semarak
dengan aktifitas sosial PKS. Di Jawa Timur, misalnya, ada tiga kabupaten
tanpa kursi dewan PKS, yakni Banyuwangi, Situbondo, dan Gresik. Namun,
di ketiga kabupaten tersebut aktifitas PKS juga tidak pernah surut.
Lalu dana dari mana?
Lalu dari mana sebenarnya PKS mendanai kegiatan-kegiatan sosialnya? Ternyata dana PKS paling besar diperoleh dari kader.
Sunduquna Juyubuna
Salah satu pemahaman PKS yang menjadikannya berbeda dengan partai lain
adalah karena partai tersebut merupakan partai Islam dan partai dakwah,
maka perjuangannya adalah perjuangan Islam. Aktifitasnya adalah dakwah.
Maka segala hal yang dikeluarkan, baik tenaga, pemikiran, maupun dana,
tidak lain adalah untuk Islam, untuk kebaikan. Bukan untuk dunia atau
politik an sich yang kemanfaatannya hanya untuk dipetik di dunia.
Bagi kader PKS, apapun yang ia infakkan kepada masyarakat, maka itu akan
menjadi investasi baginya di akhirat kelak. Doktrin yang ia pegang
adalah sabda Nabi
"Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin
dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan menyelesaikan
kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang
yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat" (HR. Muslim)
Atas dasar pemahaman itu, kader PKS memegang prinsip "sunduquna
juyubuna". Bahwa kantong-kantong mereka yang akan membiayai dakwah
mereka. Mereka berusaha mencontoh Rasulullah dan para sahabat yang
membiayai dakwah Islam pada generasi pertama umat ini. Mereka melihat
contoh orang-orang kaya seperti Umar yang menginfakkan separuh hartanya.
Abu Bakar yang pernah menginfakkan seluruh hartanya. Utsman bin Affan
yang pernah membiayai hampir seluruh keperluan sebuah perang jihad.
Namun, mereka juga melihat contoh sahabat-sahabat miskin yang tidak
kalah bersemangat menginfakkan hartanya. Ada yang mampunya hanya
menyumbang segenggang kurma, maka ia pun menyumbangkan itu. Bahkan ada
yang tidak memiliki apapun, maka ia menangis karena belum memiliki
kesempatan berinfak harta.
Jika kita memahami itu, kita akan mampu memahami mengapa ada kader-kader
PKS pada saat penghimpunan dana untuk korban banjir dengan suka rela
menyerahkan jam tangannya, dengan suka rela memberikan gelang dan
cincinnya, bahkan anting-antingnya. Suatu ketika pada sebuah munasharah,
mungkin karena tidak membawa barang lain, seorang kader PKS bahkan
menginfakkan sambal pecel untuk Palestina.
Membiasakan infak
Kader-kader PKS mengeluarkan iuran rutin sesuai kemampuan dan kerelaan
mereka. Dari situlah terkumpul dana yang cukup, sebanding dengan jumlah
kader, untuk bisa dipakai membantu masyarakat melalui berbagai aktifitas
sosial. Namun, kadang bencana datang tiba-tiba, masyarakat membutuhkan
bantuan tiba-tiba. Pada saat seperti itu akan ada penggalangan infak
secara insendintal. Dan kader-kader PKS agaknya selalu siap menyisihkan
sebagian rezekinya untuk masyarakat yang dicintainya.
Selain itu, kader-kader PKS juga membiasakan berinfak pada setiap
kesempatan. Pada saat kajian, pada saat halaqah/pembinaan, hingga pada
saat syuro/rapat, ada yang namanya infak majelis. Di sana kader PKS
dengan sukarela berinfak sesuai kemampuannya.
Kadang kita menganggap kader-kader PKS itu orang-orang kaya semua
sehingga mereka biasa berinfak. Padahal banyak diantara mereka yang
pas-pasan, bahkan kadang-kadang kurang. Pengamatan kami, ada diantara
mereka yang makannya hanya dengan ikan asin dan tempe, agar bisa
menyisihkan uangnya untuk infak. Ada diantara mereka yang menghemat
jatah beras istri atau jatah susu anaknya agak bisa berinfak. Tersebab
kecintaan yang sangat mendalam pada masyarakatnya.
Dengan cara seperti itulah, biidznillah, PKS mampu membiayai
kegiatan-kegiatan sosialnya. Dan demikianlah rahasia keuangan PKS,
teriring doa semoga kebaikan kader-kadernya diganjar Allah dengan
kebaikan di dunia dan pahala di akhirat, memperoleh ridha dan jannahNya.