Anda memimpin sebuah partai politik, dan kini menghadapi dilema untuk
menentukan keputusan dukungan dalam Pemilihan Kepala Daerah yang akan
segera berlangsung. Dua calon ini, sama-sama memiliki kelebihan,
sama-sama memiliki kelemahan. Kedua kandidat dicela, namun juga dipuji.
Pasangan Kelapa dan pasangan Ketela, dua pasang calon Kepala Daerah yang
akan maju dalam Pilkada langsung di daerah Anda.
Pasti, pasangan
Kelapa dan pasangan Ketela punya pendukung, punya pemuja, namun juga
punya lawan dan pencela. Tidak ada satu pun pemimpin di muka bumi ini
yang bebas dari celaan. Ke manapun bandul pilihan Anda arahkan, akan
selalu ada celaan dan akan selalu ada pujian.
Dengan berbagai
pertimbangan, partai Anda memutuskan untuk mendukung pasangan Kelapa,
maka Anda akan mendapatkan pujian minimal dari dua kelompok. Pertama,
kelompok pendukung pasangan Kelapa, segera mereka mengelu-elukan Anda.
Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung pasangan Kelapa, namun
memiliki kedekatan visi, atau kedekatan emosi, atau kedekatan-kedekatan
lain yang lebih praktis. Kelompok kedua ini ikut memuji Anda.
Namun
pada saat yang sama Anda akan dicela bahkan dicaci maki, minimal oleh
dua kelompok. Pertama, kelompok pendukung pasangan Ketela yang menjadi
lawan politik pasangan Kelapa. Mereka segera menghujat Anda dengan
berbagai cara. Kedua, mereka yang secara politis bukan pendukung
pasangan Ketela, namun memiliki kedekatan visi atau kedekatan emosi,
atau kedekatan-kedekatan corak lainnya dengan Ketela. Mereka ini segera
mencela Anda melalui media massa yang mereka punya dan media massa yang
tidak sepaham dengan dukungan Anda.
Pertanyaannya, apakah jika
keputusan partai Anda mendukung pasangan Ketela, maka Anda akan terbebas
dari celaan dan caci maki? Tidak, sama sekali tidak. Kondisi Anda sama
saja, apakah akan mendukung pasangan Kelapa atau mendukung pasangan
Ketela, Anda harus siap mendapatkan hujatan dan celaan. Apapun pilihan
Anda, selalu ada pihak yang memuji, dan selalu ada pihak yang mencaci
maki.
Bahkan andai kata Anda memilih untuk tidak mendukung kedua
pasangan yang ada, maka sebagai partai politik Anda akan menghadapi
pujian dan celaan. Keputusan partai Anda yang netral, akan dipuji oleh
kelompok yang kecewa dengan sistem, kelompok yang kecewa dengan dua
pasangan yang ada, serta kalangan lain yang tidak memiliki pilihan
terhadap dua pasangan yang maju Pilkada. Namun Anda akan dicela oleh
banyak kalangan, yang menuduh partai Anda tidak memiliki sikap yang
jelas, atau bahkan menuduh partai Anda bermain dua kaki.
Dalam
dunia politik, tidak ada satu pun keputusan yang bisa memuaskan dan
menyenangkan semua orang. Keputusan politik, selalu memberikan ruangan
untuk dipuji sekelompok masyarakat, dan dicela oleh kelompok masyarakat
lainnya.
Oleh karena itu, landasan untuk menentukan keputusan
bukan pada pertanyaan “berapa banyak orang memuji dan berapa banyak
orang mencela”, karena pujian dan celaan selalu bertebaran di sepanjang
jalan politik. Bahkan kenyataannya, orang-orang shalih yang dipuji-puji
kebaikannya, sering kalah dalam Pemilihan Langsung. Pujian itu sering
mematikan, dan celaan itu justru menguatkan.
Keputusan yang harus
Anda ambil adalah berdasarkan visi dan misi partai yang ingin Anda
realisasikan. Kemaslahatan bagi masyarakat luas harus menjadi
pertimbangan utama dalam mengambil keputusan pilihan tersebut.
Menghindari kemudharatan bagi masyarakat luas menjadi pertimbangan pada
sisi sebelahnya. Semuanya saling melengkapi dalam memutuskan pilihan.
Tentu
Anda harus memiliki studi yang mencukupi, dengan survei dan serangkaian
uji publik, untuk menjadi pertimbangan penting dalam mengambil
keputusan. Lebih penting lagi, keputusan tersebut didasarkan atas
mekanisme musyawarah yang sesuai dengan tata organisasi dalam partai
Anda. Bukan keputusan pribadi pemimpin partai. Bukan keputusan
segelintir orang yang melangkahi mekanisme dan aturan partai.
Jika
studi dan analisa mendalam sudah Anda lakukan, musyawarah sudah Anda
tempuh, keputusan sudah Anda ambil, maka tawakal saja kepada Allah.
Siapkan telinga, pikiran dan hati Anda untuk tidak bangga karena
keputusan Anda dipuji media, dan tidak kecewa karena keputusan Anda
dicela media.
Fa idza ‘azamta, fatawakkal ‘alallah. Putuskan saja, karena Anda harus memutuskan, dan nikmati saja resikonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar