Seorang sahabat menulis pertanyaan seperti ini kepada saya :
“Kegiatan-kegiatan yang saya lakukan semuanya atas nama dakwah. Namun
sering kali melalaikan tugas sebagai kepala keluarga. Mohon masukannya”.
Sangat
menarik pertanyaannya. Kalau istilah pak Mario Teguh, “super sekali”.
Pertanyaan yang sebenarnya mewakili banyak kalangan aktivis dakwah. Ada
kondisi paradoks, satu sisi “merasa” sibuk dengan berbagai kegiatan
dakwah, namun di saat yang sama melalaikan peran sebagai kepala rumah
tangga.
Syumuliyah Dakwah
Pertama
kali yang harus dipahami adalah makna dakwah dan syumuliyah dakwah.
Sebagaimana kita ketahui, dakwah adalah usaha mengajak manusia menuju
nilai-nilai kebaikan sesuai tuntunan Ketuhanan dan petunjuk Kenabian.
Maka aktivitas dakwah mencakup aspek yang sangat sangat sangat luas.
Usaha membahasabumikan nilai-nialai langit, bisa kita wujudkan dalam
beragam aktivitas.
Selama ini sebagian masyarakat memahami dakwah
dalam konteks yang sempit, misalnya ceramah, khutbah, tabligh akbar,
pengajian dan lain sebagainya. Seakan dakwah itu maknanya hanyalah forum
atau mimbar untuk berbicara. Padahal dakwah itu adalah hal bagaimana
nilai-nilai kebaikan bisa direalisasikan dalam kehidupan keseharian.
Bukan soal ceramah atau khutbah, namun soal merealisasikan kebajikan
dalam kehidupan nyata.
Oleh karenanya dakwah bersifat syamil, utuh
menyeluruh. Syumuliyah dakwah, adalah adalah pandangan tentang keutuhan
dakwah, tanpa membuat dikotomi yang tidak perlu antara peran “publik”
dan “domestik”. Antara peran di dalam dan di luar rumah. Antara peran
sebagai kepala rumah tangga dengan kepala desa. Antara peran sebagai
orang tua dengan peran sebagai pejabat pemerintahan, dan lain
sebagainya.
Mengurus Rumah Tangga Adalah Dakwah
Dalam
konteks syumuliyah dakwah, kita memahami dakwah itu ada yang di dalam
rumah, ada pula yang di luar rumah. Dakwah di dalam rumah adalah membina
keluarga, mendidik anak, menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah wa
rahmah. Jika keluarga harmonis, anak-anak tumbuh menjadi generasi yang
shalih dan shalihah, seluruh anggota keluarga mentaati aturan Allah dan
Rasul, maka itulah keberhasilan dakwah di dalam rumah.
Sedangkan
dakwah di luar rumah bisa berupa berbagai aktivitas kemasyarakatan,
sosial, politik, seni, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya,
yang mengajak masyarakat menuju keluhuran diri, ketinggian pekerti, dan
kekuatan nurani. Perbaikan individu, keluarga, masyarakat dan sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi fokus dari aktivitas dakwah
kita di luar rumah.
Keduanya, dakwah di dalam rumah dan di luar
rumah, harus sukses dan berhasil. Jangan hanya berorientasi keberhasilan
di salah satu sisi, namuan keduanya harus diperjuangkan untuk
mendapatkan keberhasilan.
Maka tidak ada dikotomi, “saya berdakwah
di luar rumah, dan di dalam rumah itu bukan dakwah”. Itu adalah
pemahaman yang keliru dalam konteks syumuliyah dakwah. Justru dakwah itu
mencakup peran yang harus kita jalankan di dalam rumah, dan peran yang
harus kita lakukan di luar rumah. Keduanya adalah aktivitas dakwah.
Semoga kita semua mampu untuk mencapai kesuksesan dakwah di dalam dan di luar rumah.
Cahyadi T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar